Jakarta (ANTARA News) - Mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mempertanyakan keseriusan pelaksanaan reformasi yang menjadi agenda bangsa Indonesia, terutama reformasi di tataran eksekutif, legislatif, dan lembaga peradilan. "Mana reformasi, wong orangnya itu-itu saja, yang ganti hanya anak buah, pemimpinnya itu-itu saja," kata Gus Dur yang juga Ketua Umum Dewan Syura PKB itu saat menyampaikan pidato politik dalam acara embukaan "Kaderisasi Nasional PKB" di kantor DPP PKB, Kalibata, Jakarta, Rabu. Gus Dur mengkritik pemerintahan saat ini yang disebutnya menjalankan reformasi secara asal-asalan, terutama reformasi di bidang hukum yang merupakan pilar demokrasi di mana penegakkan hukum masih berlangsung secara tebang pilih, tidak menyeluruh. Gus Dur mencontohkan penegakan hukum dalam upaya pemberantasan korupsi yang menurut dia masih diwarnai kepentingan politik tertentu. Vonis lima tahun terhadap Mantan Menteri Agama Said Agil Al Munawar, menurut dia, merupakan contoh penegakan hukum tebang pilih dan bernuansa politis, mengingat pengguna dana alokasi umum (DAU) bukan hanya dia. "Pemerintah boleh menyangkal, tapi kenyataannya tebang pilih itu terjadi. Lha itu ngapain penjahat BLBI bisa masuk istana. Istana itu tempat mulia, bukan tempat penjahat. Saya heran, siapa yang membawa mereka ke sana," kata pemrakarsa Gerakan Nusantara Bangkit Bersatu itu. Menurut Gus Dur, di Indonesia banyak lembaga yang bertugas memberantas korupsi seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Tim Pemberantas Tindak Pidana Korupsi (Tim Tastipikor), Kejaksaan, dan Polri. Namun, katanya, pemberantasan korupsi tidak bisa berjalan seperti yang diharapkan karena masing-masing lembaga itu memiliki penafsiran yang berbeda. Kondisi reformasi hukum, menurut Gus Dur, juga diwarnai pemandangan tidak menarik terkait terjadinya perseteruan antara Mahkamah Agung (MA) yang merupakan lembaga peradilan tertinggi dengan Komisi Yudisial, lembaga yang bertugas mengawasi perilaku hakim. Sementara mengenai DPR, penilaian Gus Dur masih seperti yang dulu. Kondisi seperti ini, katanya, membuat rakyat menjadi kehilangan kepercayaan dan bingung. Karena itu ia meminta kader PKB mempersiapkan diri secara sungguh-sungguh sehingga partainya dapat menjadi tumpuan harapan masyarakat.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006