Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) memerlukan penguatan rantai pasok di tengah peningkatan biaya hidup akibat kenaikan harga sejumlah komoditas.

Penguatan yang dimaksud ialah menyiapkan proses transisi dari era sebelum pandemi COVID-19 ke era pascapandemi.

“Apa saja itu? Penurunan cost (biaya). Jadi cost competitiveness (daya saing biaya) para pelaku usaha harus semakin diperbaiki, sehingga walaupun revenue (pendapatan) mereka mengalami tantangan, mereka masih memiliki ruang yang bisa menghasilkan cash flow (arus kas),” ucap dia dalam Weekly Press Briefing, Jakarta, Senin.

Baca juga: Sandiaga bahas potensi kerja sama parekraf dengan pemerintah Singapura

Menparekraf menyatakan harga beberapa produk parekraf tak bisa terlalu dinaikkan meskipun harga sejumlah komoditas meningkat. Tetapi, para pelaku usaha harus menurunkan biaya usaha dengan beragam bentuk efisiensi.

Kedua, para pelaku usaha disarankan untuk melakukan inovasi produk wisata, seperti lebih mengedepankan produk ramah lingkungan atau produk pariwisata berbasis wisata olahraga.

Kalau misalnya (produk pariwisata berbasis olahraga) yang konsepnya adalah localized atau tidak terlalu jauh dari tempatnya, tentunya akan mengurangi cost transportasinya,” ujar Sandiaga.

Terakhir, Menparekraf menilai pelaku usaha bidang kuliner harus memperluas pasar dengan memanfaatkan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) mengingat subsektor ekonomi kreatif (ekraf) tersebut akan mengalami tantangan akibat kenaikan harga sejumlah komoditas.

Baca juga: Menparekraf beri sinyal perbatasan Batam-Singapura segera dibuka

Dalam hal ini, Sandiaga mendorong pelaku ekraf subsektor kuliner memasukkan usahanya (onboarding) ke ekosistem digital agar memiliki pangsa lebih besar kendati harga-harga pokok yang diperlukan untuk diolah menjadi produk kuliner mengalami peningkatan.

“Saya cukup optimis sektor parekraf ini akan bisa menyikapi peningkatan dari harga-harga bahan pokok, inflasi yang sudah ada di depan mata. Mari kita dukung produk lokal, kita dukung bangga buatan Indonesia, beli produk kreatif lokal kita, demi kebangkitan ekonomi dan kepulihan sektor parekraf,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, dia mengemukakan tiga alasan yang menyebabkan harga berbagai komoditas mengalami kenaikan.

Pertama ialah pandemi COVID-19 menghadirkan disrupsi rantai pasok sehingga mengakibatkan gangguan dalam seluruh rantai nilai karena menghadapi tantangan dalam pola distribusi.

Selanjutnya yaitu transisi memasuki ekonomi digital yang menimbulkan tantangan sekaligus peluang.

Alasan ketiga adalah peningkatan ketegangan antara Rusia dengan Ukraina yang mempengaruhi harga beberapa komoditas, terutama komoditas energi.

“Tentunya nilai jual komoditas tersebut akan meningkatkan potensi inflasi atau peningkatan harga-harga,” kata dia.

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2022