Rembang (ANTARA News) - Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, meminta PT Petrokimia Gresik menyosialisasikan perubahan warna pupuk urea bersubsidi dari putih menjadi pink kepada kelompok tani setempat sebelum memasuki musim tanam pertama 2011-2012.

"Selain agar petani tidak kaget saat hendak menggunakannya, sosialisasi perubahan warna pupuk urea bersubsidi dari putih ke pink akan bisa memperjelas petani tentang mana pupuk urea bersubsidi dan yang tidak," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang Mulyono di Rembang, Jumat.

Ia mengatakan sosialisasi perubahan warna pupuk urea bersubsidi itu juga akan bisa meyakinkan petani atas kualitas pupuk berwarna pink dengan pupuk urea sebelumnya.

"PT Petrokimia Gresik berkomitmen untuk menyosialisasikan perubahan warna pupuk urea bersubsidi kepada kelompok tani di kabupaten ini, segera. Sejauh ini, kami masih menunggu jadwal sosialisasi dari pihak perusahaan," katanya.

Menurut dia, PT Petrokimia Gresik (Persero) memproduksi urea berwarna pink berkapasitas 310.000 ton per tahun, yang akan didistribusikan dengan harga subsidi Rp1.600 per kilogram mulai Oktober 2011.

"Dari informasi yang kami terima dari perusahaan, pengujian pemberian warna urea sudah dilakukan dalam skala laboratorium maupun skala pabrik dan menggunakan jenis pewarna food grade, dengan kandungan Nitrogennya tetap 46 persen," katanya.

Pewarnaan urea bersubsidi, kata dia, dimaksudkan agar pendistribusiannya tidak dijual dengan harga nonsubsidi, karena disparitas harga antara urea bersubsidi dan nonsubsidi cukup tinggi yakni Rp1.600 berbanding Rp4.000 per kilogram.

"Penggunaan pupuk urea bersubsidi dengan warna pink produksi PT Petrokimia Gresik dijadwalkan dimulai per 1 Januari 2011 atau setelah sisa pupuk urea produksi PT Pupuk Sriwidjaja terserap hingga akhir 2011," katanya.

Berdasarkan data di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang, alokasi pupuk urea bersubsidi di kabupaten itu pada 2011 mencapai 23.000 ton.

Dari alokasi tersebut, hingga September 2011 baru terserap sebanyak 11.689,8 ton, atau baru 50,8 persen.

Ia mengemukakan penyaluran pupuk bersubsidi masih tetap menggunakan jalur distribusi, mulai pengecer hingga distributor, pemasok lama.

"Namun pengajuan rencana definitif kebutuhan pupuk (RDKK) di kabupaten itu berbeda dengan tahun lalu. RDKK tidak diusulkan ketika petani membutuhkan pupuk., tetapi dilakukan untuk kebutuhan pupuk selama satu musim," katanya. (ANT-168/M008)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011