Jakarta (ANTARA News) - PT Jamsostek menarget perolehan laba sebasar Rp686 miliar pada tahun 2006 atau naik sekitar Rp46 miliar dari perolehan laba tahun 2005. Direktur Utama PT Jamsostek, Iwan Pontjowinoto, di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa dengan peningkatan laba tersebut, maka akan memberi peluang lebih besar kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu untuk memberikan manfaat lebih baik kepada pekerjanya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dijelaskannya, jika mengacu pada target perolehan laba pada tahun 2005, maka peningkatan target laba tersebut sebesar Rp80 miliar, karena target laba tahun 2005 sebesar Rp606 miliar. "Tapi, kami berhasil melampaui target menjadi Rp640 miliar pada tahun 2005," kata Iwan. Meski target laba tahun 2006 sebesar Rp686 miliar, PT Jamsostek mengharapkan bisa melampauinya sebagaimana tahun 2005, hanya saja Iwan belum bisa menyebutkan besarannya, apakah akan lebih besar dari Rp34 miliar sebagaimana di tahun 2005. Ketika ditanya pers, mengapa status penilaian perusahaan dari Depkeu menjadi turun, yakni dari "Sehat Sekali" pada tahun 2004 menjadi "Sehat" di tahun 2005 walau pencapaian keuntungan melebih target, Iwan mengatakan, sebaiknya hal itu diajukan saja ke Depkeu. Dia hanya membeberkan data bahwa laba yang dicapai pada tahun 2004 sebesar Rp421 miliar, sedangkan ditahun 2005 sebesar Rp640 miliar. Sementara itu, Direktur Operasional PT Jamsostek, Tjarda Muchtar, pada kesempatan terpisah menyebutkan bahwa pihaknya juga berhasil melampaui target kepesertaan pada tahun 2005 yang sebanyak 1,8 juta Tenaga Kerja (TK). "Kita berhasil meningkatkan kepesertaan dari target sebesar 1,8 juta TK menjadi 2,106 juta TK atau naik 117 persen," kata Tjarda. Namun, ia menjelaskan, pencapaian total iuran belum 100 persen dari target, yakni hanya 97 persen atau sebesar Rp6,2 juta triliun. Tahun 2006 ini, pihaknya menargetkan peningkatan kepesertaan 2,1 juta TK dengan target total iuran sebesar Rp7,2 triliun. Target kepsertaan itu termasuk juga kepesertaan sektor informal dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Ketika ditanya pers, apakah angka kepesertaanitu bisa dicapai dengan kondisi ketenagakerjaan yang belum menjajnjikan di tahun 2006 dan masih besarnya ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) lantaran kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM maupun rencana kenaikan tarif listrik, Tjarda mengatakan pihaknya optimistis dapat tercapai. "Tentu saja dengan kerja keras dan peningkataan koordinasi di semua lini dan instansi terkait, termasuk kerja sama dengan organisasi serikat pekerja," katanya. Selama ini untuk meningkatkan kepesertaan dan iuran pekerja PT Jamsostek melakukan Kerja Sama Operasi (KSO) dengan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) dan serikat pekerja, sementara untuk mengaktifkan perusahaan yang menghentikan pembayaran iuaran (peserta pasif) BUMN itu menjalin kerja sama dengan direktorat piutang negara yang berada di Departemen Keuangan (Depkeu). Pekerja yang tercatat menjadi peserta program Jamsostek sebanyak 24 juta TK dan hanya sekitar 7,2 juta saja yang aktif, sisanya peserta pasif. Sementara dana pekerja yang dikelola perusahaan persero itu sekitar Rp34 triliun. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006