Peshawar, Pakistan (ANTARA News) - Sedikitnya 18.000 orang telah meninggalkan rumah mereka di distrik Khyber, Pakistan, mengkhawatirkan serangan gencar baru dalam pertempuran antara militer dan gerilyawan, kata beberapa pejabat, Selasa.

Keluarga-keluarga mengalir dari distrik itu, tempat titik nyala serangan bagi Taliban dan kelompok keras lainnya terhadap jalur pasokan NATO ke tetangganya Afghanistan, setelah militer memerintahkan mereka pergi karena aksi militer terus berlangsung di daerah itu.

Tiga tentara Pakistan dan 34 gerilyawan tewas di Khyber pekan lalu tak lama sebelum Menlu AS Hillary Clinton tiba guna meningkatkan tekanan pada Islamabad agar berbuat lebih banyak untuk membasmi tempat-tempat perlindungan yang aman bagi gerilyawan.

"Sekitar 3.200 keluarga, sebanyak 18.000 orang, telah tiba di kamp pengungsi Jalozai dan kami sedang membuat pengaturan untuk memfasilitasi mereka," kata Adnan Khan, juru bicara otoritas manajemen bencana provinsi Khyber Pakhtunkhwa, pada AFP.

"Kami akan memberi makan mereka selama 15 hari pada awalnya dan juga barang bukan pangan termasuk tenda dan alat rumahtangga," katanya.

Seorang pejabat pemerintah di Khyber mengatakan bahwa banyak orang berlindung dengan keluarga atau rumah sewaan, ketimbang di kamp pemerintah.

"Lebih dari 20.000 orang telah meninggalkan daerah itu, banyak dari mereka pergi ke rumah keluarga di Peshawar dan kota lainnya yang damai, sementara banyak yang lain menyewa rumah di sana," kata Mutahir Zeb, pejabat penting pemerintah Khyber.

PBB mengatakan jumlah itu akan diperiksa, tapi memperingatkan bahwa jumlah itu dapat dibumbungkan oleh sejumlah orang yang akan mengambil keuntungan dari pemberian makanan dan perlindungan gratis.

"Otoritas manajemen bencana provinsi telah mendaftar 3.200 keluarga dan kami akan memeriksa jumlah ini," kata Dunya Aslam Khan, juru bicara badan pengungsi PBB.

"Jumlah orang terlantar yang diperkirakan itu mungkin akan menurun 10 persen karena biasanya orang yang tak terpengaruh oleh bencana juga bergabung dengan keluarga-keluarga terlantar hanya untuk mendapat keuntungan dan kompensasi," ujarnya.

Tujuh distrik suku Pakistan di perbatasan Afghanistan tersebar luas dengan gerilyawan di sana, dan merupakan benteng pertahanan Taliban dan Al Qaida.

Meskipun Pakistan memerangi gerilyawan Taliban di banyak bagian dari wilayah itu, negara itu telah mendapat tekanan AS untuk memerangi jaringan Haqqani yang terkait dengan Al Qaida, yang memiliki markas kepemimpinan di Waziristan Utara. (S008)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011