Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore melemah tipis, dipengaruhi kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat.

Rupiah ditutup melemah tipis 1 poin ke posisi Rp14.366 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.365 per dolar AS.

"Dolar AS menguat seiring tingginya nilai imbal hasil surat berharga pemerintah AS," tulis Tim Riset Monex Investindo dalam kajiannya di Jakarta, Selasa.

Konfrontasi Rusia-Ukraina yang telah menyebabkan kenaikan inflasi global, menopang naik tingkat imbal hasil surat berharga pemerintah AS, dan isu kenaikan suku bunga The Fed terus mendukung kenaikan dolar AS.

Permintaan untuk aset yang aman telah mendorong imbal hasil obligasi pemerintah ke level tertinggi baru, dengan tingkat obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun saat ini mencapai 2,77 persen.

Potensi kenaikan juga dapat ditopang oleh kekhawatiran perkembangan seputar situasi COVID-19 di daratan China.

Sementara itu, Presiden Vladimir Putin telah menunjuk seorang jenderal baru dalam invasi Rusia ke Ukraina.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.369 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.358 per dolar AS hingga Rp14.372 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pada Selasa menguat ke posisi Rp14.364 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.370 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah diprediksi melemah dibayangi kenaikan suku bunga yang agresif
Baca juga: Rupiah melemah tipis dipengaruhi pengetatan moneter The Fed
Baca juga: Rupiah melemah dibayangi kekhawatiran inflasi akibat invasi Rusia

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2022