PBB, New York (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan, Kamis, mengatakan, persetujuan yang diperantarai masyarakat internasional dan menghasilkan pengumuman Rene Preval sebagai presiden Haiti merupakan "cara yang masuk akal" untuk menyelesaikan kebuntuan mengenai dugaan kecurangan dalam penghitungan suara--keadaan yang dapat mengarah kepada kerusuhan. "Mengingat keadaan (di sana), itu merupakan cara yang masuk akal dalam upaya menyelesaikan kebuntuan yang dapat mengarah kepada kerusuhan dan konflik serius," kata Annan kepada wartawan. Preval, mantan presiden Haiti, telah menolak hasil penghitungan sebagian suara bagi pemungutan suara 7 Februari dan menyampaikan apa yang disebutnya "kecurangan besar atau kekeliruan besar" serta mendorong pendukung untuk berunjuk rasa. Komisi pemilihan umum, Kamis, menyatakan berdasarkan persetujuan itu, kertas suara kosong dalam pemilihan umum tersebut telah dibagikan sama rata di antara 32 calon, sehingga Preval meraih lebih dari 50 persen suara. Preval (63) sebelumnya memperoleh hampir 50 persen suara, mayoritas yang diperlukan untuk menang langsung dan menghindari pemungutan suara babak kedua. Hasil baru itu diperoleh menyusul perubahan dalam cara penghitungan kerta suara kosong. Annan mengatakan ia menyadari pernyataan yang dikeluarkan peraih suara peringkat kedua dan juga mantan presiden Leslie Manigat, yang menyebut keputusan mengenai Preval sebagai "pemaksaan pemenang" dan menyalahkan "kekuatan nasional serta internasional" atas peristiwa tersebut. Ketika ditanya apakah persetujuan itu sah, pemimpin PBB tersebut menjawab, "Itu dilakukan dengan landasan undang-undang dasar mereka dan saran berdasarkan hukum dari Kementerian Kehakiman (Haiti)." Pengumuman mengenai kemenangan Preval disampaikan menyusul lima hari protes dan jatuhnya satu korban jiwa sehubungan dengan awal awal --yang memberi Preval 48,74 persen suara, AFP melaporkan.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006