Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan aliran modal asing mencapai 1,3 miliar dolar AS keluar dari pasar keuangan domestik atau net outflow per 31 Maret 2022 sebagai imbas dari konflik antara Rusia dan Ukraina.

“Aliran modal asing ke pasar keuangan domestik mengalami tekanan dengan investasi portofolio mengalami net outflow 1,3 miliar dolar AS sampai 31 Maret 2022,” katanya dalam Konferensi Pers KSSK di Jakarta, Rabu.

Sri Mulyani menjelaskan eskalasi perang Ukraina dan Rusia telah menambah volatilitas pasar keuangan global yang berdampak pada pasar keuangan domestik termasuk adanya net outflow 1,3 miliar dolar AS itu.

Meski demikian, ia menuturkan tekanan net outflow ini bila dibandingkan dengan emerging market lain yang juga mengalami net outflow masih relatif lebih rendah dan lebih baik.

Sementara untuk cadangan devisa Indonesia pada posisi Maret 2022 tetap di tingkat yang tinggi yaitu mencapai 139,1 miliar dolar AS.

Jumlah tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembiayaan utang luar negeri pemerintah.

Standar itu pun berada di atas standar kecukupan internasional yang biasanya dihitung pada sekitar tiga bulan kebutuhan impor.

“Jadi lebih dari dua kali lipat dari standar kecukupan internasional,” ujar Sri Mulyani.

Selanjutnya, untuk nilai tukar rupiah masih terjaga di tengah ketidakpastian pasar keuangan global meski sempat mengalami depresiasi 0,33 persen pada triwulan I-2022.

Di sisi lain, depresiasi sebesar 0,33 persen terhadap rupiah ini lebih rendah dibandingkan mata uang sejumlah negara berkembang lainnya.

Jika rupiah Indonesia mengalami depresiasi 0,33 persen, ringgit Malaysia lebih tinggi yaitu 1,15 persen (ytd), rupee India 1,73 persen (ytd) bahkan baht Thailad mencapai 3,15 persen (ytd).

Baca juga: BI: Aliran modal asing keluar Rp34 triliun selama perang Rusia-Ukraina
Baca juga: Wamenlu sebut konflik Rusia-Ukraina berpotensi picu deglobalisasi
Baca juga: Bank Dunia turunkan proyeksi ekonomi RI jadi 5,1 persen

 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2022