Purwokerto (ANTARA News) - Seorang pasien keluarga miskin yang menjalani rawat inap di Ruang Mawar RSUD Margono Soekarjo, Purwokerto, Jawa Tengah, mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari lantai dua rumah sakit tersebut. Tidak diketahui sebab-musabab dia akhiri hidup dengan cara seperti itu.

Saat dikonfirmasi wartawan di Purwokerto, Rabu, petugas di rumah sakit itu, Toto Jatmiko, mengakui pasien bernama Maryuni (36) itu nekat bunuh diri dengan cara melompat dari pagar pembatas di lantai dua rumah sakit ini pada hari Selasa (1/11).

"Pagar pembatas di lantai dua RSUD Margono Soekarjo ketinggiannya mencapai satu meter. Perawat dan dokter juga tidak dapat menjaga pasien selama 24 jam penuh, apalagi sudah ada keluarga yang menunggui pasien," katanya.

Dengan demikian, kata dia, peristiwa tersebut murni bunuh diri, bukan karena kecelakaan.

Informasi yang dihimpun, Maryuni merupakan seorang pasien dari keluarga miskin yang beralamat di Desa Kalimanah, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga.

Dia dirawat di Ruang Mawar RSUD Margono Soekarjo sejak 18 Oktober 2011 karena menderita penyakit paru-paru dan ditunggu oleh suaminya, Haryono (40).

Peristiwa tersebut terjadi saat Maryuni diajak jalan-jalan oleh suaminya di rumah sakit dengan menggunakan kursi roda.

Saat berada di lantai dua, Haryono minta izin sebentar pada istrinya karena hendak ke toilet dan dia juga meminta Maryuni untuk tetap berada di kursi roda.

Akan tetapi ketika Haryono masih berada di toilet, Maryuni berdiri dari kursi roda dan melompat dari lantai dua rumah sakit ini yang tingginya sekitar tujuh meter.

Maryuni yang ditemukan tergeletak di lantai dasar segera dibawa ke Instalasi Gawat Darurat untuk mendapatkan perawatan, namun pada pukul 16.00 WIB dia meninggal dunia.

Saat ditemui wartawan di sela-sela upacara pemakanam jenazah Maryuni di Desa Kalimanah, Haryono mengatakan, biaya perawatan istrinya di RSUD Margono Soekarjo ditanggung jaminan kesehatan masyarakat  karena mereka keluarga miskin.

Dalam hal ini, Haryono dalam keseharian berprofesi sebagai pemulung, sedangkan Maryuni merupakan penjual pecel keliling kampung.

"Saya sendiri tidak menyangka kenapa isteri saya berbuat seperti itu," katanya.

Ia mengakui, selama menjalani perawatan di rumah sakit, istrinya sering mengeluh karena tidak bisa bekerja sehingga khawatir terhadap perekonomian keluarga.

"Kami memiliki lima anak yang masih kecil-kecil," katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Kalimanah Wetan Ramlan mengatakan, penghasilan Haryono dan Maryuni hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka sehari-hari.

Oleh karena Haryono harus menunggu istrinya yang sedang sakit, kata dia, bapak lima anak ini tidak dapat bekerja sehingga keluarga mereka tak bisa memperoleh pendapatan apapun.

"Selama mereka berada di rumah sakit, anak-anaknya berada di rumah neneknya," kata dia menjelaskan.(KR-SMT)

Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2011