Jakarta (ANTARA News) - Untuk mengantisipasi dampak krisis utang Eropa, pemerintah diminta meningkatkan peran BUMN dan mengurangi subsidi, karena subsidi yang terus meningkat akan mempengaruhi penerimaan negara.

"Krisis ekonomi yang terjadi di Uni Eropa semestinya menjadi pelajaran yang berharga buat Indonesia," kata pengamat BUMN M Said Didu di Jakarta, Senin, terkait dengan kemungkinan Indonesia terkena dampak krisis Eropa.

Menurut Said Didu, krisis yang terjadi di Eropa tersebut dipicu oleh tiga hal yakni subsidi yang terus meningkat, dana jaminan sosial yang makin naik dan banyaknya BUMN yang kurang efisien.

Said menjelaskan bahwa krisis di Eropa itu berakibat pada penerimaan negara menjadi tidak mampu dipenuhi sehingga ditutupi melalui utang luar negeri.

"Hal itu dikarenakan ketiganya membutuhkan dana dari APBN yang cukup besar, sementara penerimaan negara tidak mampu mengejar peningkatan kebutuhan dana tersebut," ujarnya.

Oleh sebab itu, menurut mantan sekretaris Kementerian BUMN ini, Indonesia harusnya mengambil pelajaran dari kejadian tersebut, karena subsidi makin meningkat dan masih terdapat BUMN yang perlu diefisienkan serta akan diberlakukannya UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada 2015.

"BPJS yang akan diberlakukan di Indonesia yang akan memberikan jaminan sosial kepada seluruh rakyat Indonesia, seperti halnya di beberapa negara maju, jika tidak diperhitungkan dengan matang akan membebani APBN untuk jangka panjang," katanya.

Sebelumnya, pemerintah memutuskan untuk menaikkan subsidi energi sebesar Rp58,688 triliun tahun ini dari sebelumnya sebesar Rp136,6 triliun menjadi Rp195,288 triliun. Subsidi energi ini lebih tinggi dibandingkan dengan rencana pemerintah dalam APBNP sebesar Rp187,2 triliun.
(T.KR-TRT/A023)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011