Depok (ANTARA News) - Pakar Komunikasi Alwi Dahlan menegaskan bahwa ilmu komunikasi perlu "dibumikan" agar dalam perkembangannya ilmu tersebut menjadi khas Indonesia.

"Belum ada yang mengembangkan teori komunikasi khas Indonesia, ini perlu mendapatkan perhatian," kata Alwi dalam acara Konferensi Nasional Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP-UI) di Depok, Rabu.

Menurut dia teori-teori komunikasi yang ada saat ini banyak berasal dari barat dan belum bisa "membumi" di Indonesia karena terbentur budaya dan keragaman etnik di Indonesia.

"Banyak riset dan teori komunikasi yang dikembangkan mengacu kepada teori barat yang tentunya tak sesuai kondisi Indonesia," ungkap Menteri Penerangan era Presiden Soeharto (Maret-21 Mei 1998) tersebut.

Ia mengatakan, teori komunikasi model barat tentunya tidak membantu pemahaman tentang masalah komunikasi yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

Namun ia mengingatkan bahwa teori barat juga memang penting sebagai dasar ilmu komunikasi saja dan bukan yang utama.

"Teori komunikasi khas Indonesia juga perlu dikembangkan," ujar mantan Kepala Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7) itu.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa perlu digali teori-teori komunikasi khas Indonesia agar kemajuan ilmu komunikasi terus berkembang sesuai dengan budaya dan keanekaragaman etnik di Indonesia.

Dikatakannya tidak ada yang bisa menjelaskan dalam teori komunikasi tentang adanya tawuran atau kekerasan yang terjadi di Indonesia, padahal komunikasi bisa menjawab semua ini.

Selain itu juga kejadian "reshuffle" kabinet yang baru lalu dimana para wartawan sibuk mencari sumber berita dan siapa yang didengar oleh presiden dalam menentukan kabinet.

"Seharusnya ini bisa dijelaskan melalui ilmu komunikasi khas Indonesia," kata Guru Besar Ilmu Komunikasi FISIP UI tersebut.

Sementara itu pengamat komunikasi UI Sasa Juarsa Senjaya mengatakan, banyak komunikasi-komunikasi khas daerah di Indonesia yang bisa dikembangkan oleh ilmu komunikasi.

Pengembangkan ilmu komunikasi khas Indonesia merupakan tantangan bagi dunia ilmu komunikasi itu sendiri agar ilmu tersebut terus berkembang sesuai dengan zamannya.

Untuk tahap awal yang perlu dilakukan adalah melakukan sintesa hasil skripsi, tesis ataupun disertasi ilmu komunikasi untuk selanjutnya dilakukan identifikasi mana yang menarik dan bisa dikembangkan.

"Kita bisa melakukan modifikasi yang ada dan didorong menjadi teori dari perspektif daerah," katanya.

Ia mengatakan, banyak komunikasi ke daerah yang sudah mencerminkan ilmu komunikasi. Ia mencontohkan dari daerah Jawa "ngono ojo ngono, getuk tular" (komunikasi melalui mulut atau lisan), "herang caina herang laukna" dan daerah lainnya yang sudah biasa dilakukan masyarakat di daerah.

Pengamat komunikasi UI lainnya Effendi Gazali mengatakan belum adanya teori komunikasi khas Indonesia merupakan kesalahan para ilmuan ilmu komunikasi sendiri karena tidak adanya komunikasi antar para sarjana ilmu komunikasi.

"Mudah-mudahan dengan adanya konferensi komunikasi nasional ini membuka kita untuk melakukan kajian demi pengembangan ilmu komunikasi yang khas Indonesia," katanya.

Namun Effendi berharap jangan sampai ada dikotomi antara teori komunikasi dari Asia dan barat, karena apa yang terjadi di Amerika Selatan mirip dengan apa yang ada di Indoensia.

"Budayanya hampir mirip, liat saja telenovela dari Amerika Selatan juga disukai di Indonesia," ujarnya.
(T.F006/T004)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011