Jakarta  (ANTARA News) - Menyambut Hari Palawan pada 10 November 2011, setiap anggota masyarakat khusunya pada pemuda dituntut untuk dapat meredifinisi dan mereaktualisasi tentang makna nilai kepahlawanan dan nasionalisme, kata pengamat sosial di Jakarta, Rabu.

"Salah satu bentuk makna kepahlawanan saat ini bahwa setiap individu termasuk para pemuda harus bisa menjadi penyelesai masalah (problem solver), sehingga harkat, martbat dan kualitas SDM bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa lain," kata Sujarwo salha satu penulis buku buku "The God's initial Montirisme".

Menurut mantan jurnalis itu, seseorang guru yang mendidik dan menanamkan ilmunya kepada siswanya secara tulus bisa dimaknai memiliki nasionalisme yang tinggi, sehingga pantas disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Begitupula dengan profesi lainnya.

"Artinya profesi apa pun dapat mewujudkan semangat nasionalisme dengan berbagai aktivitas sesuai dengan bidang dan profesinya masing-masing. Dalam konteks untuk mengisi kemerdekaan, maka setiap individu dituntut untuk menjadi problem solver sesuai dengan disiplin ilmu dan profesinya," kata Sujarwo.

Untuk itu, kata Sujarwo, bahwa semangat untuk menjadi "problem solver" yang menjadi inti dari metodologi montirisme.

"Metodologi montirisme berisi konsep tentang rekayasa sosial (social engineering) yang bisa mengubah individu menjadi seorang pahlawan (super hero) bagi masyarakat, bangsa dan negaranya," ujarnya.

Metodologi montirisme tersebut ditemukan oleh Sujarwo, seorang mantan jurnalis yang telah melakukan observasi yang panjang. Dengan pendekatan yang populer serta ilmiah, metodologi montirisme.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011