Cianjur (ANTARA News) - Ratusan keluarga korban Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Korban Sutet (IKKS), Senin, mengamuk di Kantor Desa Mekargalih, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur. Pasalnya, Kepala Desa setempat telah membuat kompromi dan mengusulkan dana konpensasi kerugian kepada pihak PLN wilayah Jawa Barat tanpa sepengetahuan mereka. Wartawan ANTARA di lapangan melaporkan, ratusan warga tersebut datang secara bergerombol menggunakan angkutan umum langsung menuju kantor desa setempat. Dengan sikap emosional mereka langsung menanyakan keberadaan Atang Rasidi, Kepala Desa Mekargalih, karena dianggap telah bertindak gegabah membuat kesepakatan dengan PLN tanpa sepengetahuan mereka dengan mengatasnamakan Forum Masyarakat Korban Sutet (FMKS). Organisasi tersebut dianggap warga sebagai tandingan atas IKKS yang telah lama memperjuangkan ganti rugi kepada PLN dan warga ingin meminta pertanggungjawaban tindakan Kades tersebut. "Jangan begitu caranya, kalau memang Kades ingin memperjuangkan korban SUTET kenapa tidak dari dulu. Organisasi ini jelas illegal dan tidak mendapat restu warga. Apalagi ganti yang diajukan jauh dari standar kelayakan sebagaimana tuntutan warga selama ini," kata Agustian (40) salah sorang warga korban SUTET. Ia menegaskan, seluruh warga korban SUTET Cianjur menolak kehadiran FMKS karena keberadaannya bukannya memberikan keuntungan malah justru sebaliknya menggembosi IKKS sehingga bisa membuat warga korban Sutet semakin terpuruk. "Contohnya Kades secara sepihak telah menyepakati uang `kadeudeuh` sebesar Rp25 ribu permeter. Sementara IKKS telah mengusulkan draft ganti rugi antara Rp 100 hingga 500 ribu per meter," kata Agustian. Suasana di depan kantor desa semakin menegang setelah diketahui Atang Rasidi sedang tidak berada ditempat. Akibatnya, para warga melampiaskan kekesalan tersebut dengan merusak sebagian peralatan kantor, seperti kursi, meja, kipas angin dan tong sampah nyaris hancur berantakan. Ketegangan makin meruncing karena warga yang tinggal di sekitar kantor desa menjadi terpancing dan sejurus kemudian terlibat perang mulut dengan para demonstran. Para warga setempat merasa jengkel dengan ulah warga korban SUTET yang merusak sejumlah fasilitas kantor, namun ketegangan itu berhasil diredakan setelah aparat keamanan dari Polsek Ciranjang datang dan melerai dua kelompok warga itu. Hingga Senin sore pendudukan Kantor Desa masih berlangsung dan warga korban SUTET memutuskan untuk tetap bertahan di kantor desa sebelum Kades Mekargalih menemuinya dan memberikan penjelasan mengenai kesepakatan ganti rugi yang dianggap warga terlalu murah.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006