Kuta, Bali (ANTARA News) - Tidak semua orang kuat bin tega menyaksikan adegan manusia mengiris bagian tubuh atau membiarkan dirinya dibakar di bagian tertentu. Namun justru hal itulah yang membuat seni tradisional debus dari Banten jadi berbeda ketimbang yang lain.

"Pertunjukan itu sangat luar biasa. Saya tidak menyangka mereka bisa melakukan hal tersebut, walaupun itu sangat berbahaya sekali," ujarnya. Dia berasal dari India, salah satu penonton gelaran Festival Pertukaran Budaya dan Pemuda ASEAN di Pusat Perbelanjaan Discovery, Jalan Kartika Plaza, Kuta, Bali, Minggu.

Gelaran ini jadi gelaran luar ruang yang berlangsung paralel dengan KTT ASEAN dan KTT Terkait kali ini.

Debus jadi pertunjukan pembuka sebelum Beach Rock Festival 2011 dimulai. Sejumlah wisatawan yang berada di lokasi pantai Kuta dan mall tersebut pun penasaran hingga menyaksikan langsung dari jarak dekat.

Saking takjub dan penasaran, dia lalu mencoba sendiri keampuhan dan khasiat yang bisa ada di dalam tubuhnya. Lengannya dibuka, diluruskan, dan... digosok setrika arang yang panas! Luar biasa, dia tidak alami luka-luka apapun.

"Saya memberanikan diri untuk mencoba, meskipun cukup menegangkan. dan saya sempat shock," imbuhnya.

Kengerian sekaligus rasa penasaran makin bertambah karena masih ada yang lebih dahsyat lagi: menancapkan paku besar ke badan memakai pukulan palu besar.

Seusai pertunjukan debus, festival musik rock itu pun segera dimulai. Sejumlah band setempat sudah mulai berkumpul dan menyiapkan dirinya sebelum menghibur penonton.

Festival musik rock itu diawali dengan permainan musik dari Ruvva Band asal Kamboja. Ruvva Band pun membawakan tiga lagu, yakni satu lagu asal Kamboja, Can't Live Maria Carrey, dan Time to Say Good Bye yang dipopulerkan oleh Sarah Brigtman dan Andrea Bocelli.

Penampilan band asal Kamboja itu pun memanjakan telinga para penonton, terutama karena suara vokalisnya yang indah. (*)

Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2011