Jakarta (ANTARA News) - Pasar tradisional di ibu kota dinilai kalah bersaing dengan pasar modern yang tumbuh pesat beberapa tahun terakhir. Kondisi pasar tradisional yang memprihatinkan menjadi salah satu penyebabnya.

"Sebagian besar dari 153 pasar tradisional di Jakarta belum terurus dengan baik. Kesan kumuh, becek, dan semrawut sepertinya masih melekat di pasar tradisional. Alhasil, pembeli pun menjadi enggan untuk berbelanja," kata Direktur Eksekutif Masyarakat Pemantau Kebijakan Eksekutif dan Legislatif (Majelis), Sugiyanto.

Dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa, Sugiyanto berpendapat kondisi pasar tradisional yang semakin memprihatinkan menunjukkan PD Pasar Jaya dinilai belum berhasil dalam mengelola pasar tradisional.

Selain itu, katanya, PD Pasar Jaya juga dianggap tidak berhasil dalam mengembangkan pasar tradisional. Buktinya, sejak tahun 1985 hingga kini pasar tradisional masih berjumlah 153 unit. Sedangkan pertumbuhan pasar modern sangat pesat. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 2.162 mini market yang beroperasi di Jakarta.

Oleh karena itu, kata Sugiyanto, Pemerintah Provinsi DKI dan DPRD diharapkan segera mengambil langkah cepat untuk menyelamatkan dan mengembangkan keberadaan pasar tradisional.

"Kontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD) semata-semata tidak bisa dijadikan ukuran keberhasilan PD Pasar Jaya. Akan tetapi, ada hal yang jauh lebih penting yaitu memperhatikan pengelolaan dan pertumbuhan pasar tradisional," ujarnya.

Kondisi Pasar Sindang yang terletak di Jl Sindang Raya, Koja, Jakarta Utara dinilai memprihatinkan. Pasar terlihat kumuh, kotor, serta tidak terawat. Hal itu setidaknya terlihat pada lantai dan atap pasar yang mengalami rusak seperti bolong. Belum lagi, dinding pasar itu yang tampak kusam sehingga menambah semrawut kondisi pasar.

Hal ini tentu saja membuat kenyamanan pembeli maupun pedagang yang berjualan di pasar itu terganggu. Terlebih, kondisi ini sudah berlangsung sejak belasan tahun lalu.

Lastri (29), penjual barang kelontong di pasar itu menuturkan, kondisi Pasar Sindang seperti tidak terawat.

Dijelaskan Lastri, awalnya Pasar Sindang memiliki tiga lantai. Di lantai satu, banyak ditempati penjual barang kelontong. Sedangkan di lantai dua banyak terdapat penjual pakaian dan dilantai tiga banyak diisi para pedagang elektronik. "Sudah beberapa tahun terakhir, jumlah pedagangnya berkurang. Ini berakibat juga pada sepinya pembeli. Terlebih, saat ini hanya lantai satu saja yang beroperasi," ujar Lastri.

Kondisi ini, diakui Lastri, sangat berbeda dengan kondisi pasar sebelumnya yang dipenuhi para pedagang di setiap lantai pasar.

Alhasil, omzet yang diperolehnya pun kini mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Ya, jika sebelumnya ia kerap memperoleh omzet hingga Rp 1 juta per hari, kini ia hanya memperoleh omzet sebesar Rp 500 ribu. "Ramainya tidak seperti dulu. Sekarang menurun dan sepi. Kondisi ini juga membuat pedagang lainnya banyak yang pindah berjualan ke pasar lain," keluhnya.

Hal senada juga dikatakan Asep (43) salah seorang pedagang sayuran di pasar tersebut. "Apalagi pasar ini hanya berjarak sekitar 500 meter dari Pasar Rawabadak," katanya.

Meski begitu, ditambahkan Asep, keluhan para pedagang tampaknya mulai ditanggapi oleh pengelola pasar. Hal ini, setidaknya terlihat dengan upaya perbaikan yang dilakukan pengelola pasar dalam dua pekan terakhir. Bahkan, rencananya pihak pengelola juga akan membangun lapangan futsal.

Walikota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono menuturkan, pihaknya telah menginstruksikan Camat Koja agar berkoordinasi dengan PD Pasar Jaya menyangkut masalah kebersihan pasar.

"Saya berharap Pasar Jaya lebih jeli lagi untuk melihat pasar-pasar lainnya yang kondisinya tidak terawat agar diperbaiki. Hal ini tentu untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional terhadap keberadaan minimarket," tandasnya.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011