"Dari pengamatan sementara oleh tim DLH, fenomena yang terjadi di Teluk Bima lebih menjurus ke lendir laut (sea snot) atau ingus laut," kata Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Bima Suryadin melalui keterangan tertulis yang diterima di Mataram, Kamis.
Ingus laut, lanjutnya, dikenal sebagai sekumpulan organisme mirip mukus yang ditemukan di laut. Sifatnya, mirip gelatin dan krim yang umumnya tidak berbahaya, namun dapat mengandung virus dan bakteria, termasuk ecoli.
Ingus atau lendir laut belum lama ini muncul di Laut Tengah dan menyebar ke Laut Marmara, Turki.
Baca juga: Polisi selidiki cairan mirip jelly foam di pesisir Teluk Bima
Baca juga: Menteri Trenggono dukung pemda selidiki pencemaran di Teluk Bima NTB
Dalam prediksi ahli, salah satu penyebabnya karena pemanasan global. Kemunculannya juga banyak diduga akibat dampak limbah tanpa pengolahan. Bisa juga karena pengaruh naiknya temperatur air laut.
Dari prediksi tersebut, bukan berarti hal itu tidak berbahaya. Melainkan berdampak pada kerusakan biota laut dalam jangka yang cukup lama, salah satunya akan menekan produksi ikan laut.
"Oleh karena itu, semua pihak diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi pemulihan lingkungan di Teluk Bima," ucapnya.
Lebih lanjut, DLH Kabupaten Bima menyampaikan kesimpulan sementara bahwa gumpalan yang terjadi ini bukan berasal dari tumpahan minyak, melainkan lumut atau ganggang laut.
"Tetapi untuk memastikan apa sebenarnya yang terjadi dan apa penyebab, DLH sudah mengambil sampel air laut dan gumpalan tersebut untuk dianalisa lebih lanjut di laboratorium. Jadi hasil pastinya masih menunggu," ujar dia.*
Baca juga: Menteri Trenggono sayangkan laut Teluk Bima tercemar
Baca juga: KRI Bima Suci kembali bersandar di Pelabuhan Teluk Bayur Padang
Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022