Timika (ANTARA News) - Kehadiran Radio Publik Mimika (RPM) yang resmi beroperasi sejak Senin (16/11) membawa dampak positif bagi pemberdayaan putra-putri asli Papua khususnya warga tujuh suku yang berada di Mimika.

Direktur Utama RPM yang juga Sekretaris Eksekutif Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), Emanuel Kemong di Timika, Kamis mengatakan saat ini 80 persen karyawan RPM merupakan putra-putri tujuh suku lokal di Mimika yaitu Amungme, Kamoro, Dani, Damal, Nduga, Mee/Ekari dan Moni.

Mereka berkiprah baik sebagai penyiar, reporter, tenaga administrasi maupun pemasaran di RPM yang pembentukannya digagas dan diprakarsai oleh LPMAK.

"Dari seluruh karyawan RPM, 80 persennya merupakan karyawan asal tujuh suku di Mimika," jelas Emanuel.

Ia mengatakan, pendirian RPM yang merupakan lembaga penyiaran publik lokal di Mimika dengan motto "Kitong Semua Punya" dalam rangka melakukan sosialisasi program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan.

Selain itu, kehadiran radio yang bermarkas di Jalan Poros Timika-Mapurujaya Kampung Kamoro Jaya-SP1 itu juga dalam upaya memenuhi kebutuhan publik akan informasi terutama bagi masyarakat yang bermukim di kampung-kampung pedalaman dan pesisir pantai sekaligus memberikan ruang kepada publik untuk berinteraksi sosial.

Sebelum resmi beroperasi, RPM telah menggelar berbagai program siaran selama satu tahun dan saat ini masih menunggu izin operasi yang dikeluarkan Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Pendirian RPM menghabiskan anggaran sekitar lebih dari Rp7 miliar yang seluruhnya menggunakan anggaran milik LPMAK dengan jangkauan siaran mencakup seluruh wilayah Mimika.

Ketua Badan Pengurus LPMAK, Pdt Matheus Adadikam mengharapkan kehadiran RPM bermanfaat positif bagi anak-anak suku Amungme dan Kamoro serta lima suku kekerabatan lain di Mimika.

"Kita harapkan anak-anak Amungme dan Kamoro dapat dilatih menjadi orang-orang yang terampil dalam kegiatan penyiaran," harap Pdt Adadikam.

Agar RPM bisa menjadi media yang benar-benar menyuarakan kepentingan publik, Pdt Adadikam meminta segenap awak radio tersebut menjaga independensi, menampilkan hal-hal realitas yang menjadi kebutuhan dan kondisi riil masyarakat dan tidak diintervensi oleh kelompok dan kepentingan tertentu. (E015/A011)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011