Kabul (ANTARA News) - Delapan orang Afghanistan, termasuk tujuh anak, tewas dalam dua ledakan terpisah, Jumat, kata sejumlah pejabat.

Dalam insiden pertama, empat anak tewas dalam ledakan bom pinggir jalan ketika mereka bermain-main di dekat rumah mereka di provinsi Nangarhar dekat perbatasan timur Afghanistan dengan Pakistan, lapor AFP.

Di provinsi Uruzgan, Afghanistan selatan, tiga anak dan seorang pria tua yang semuanya dari keluarga yang sama tewas ketika angkong mereka terkena ledakan bom pinggir jalan.

Kematian kedelapan orang itu menyoroti tingginya jumlah warga sipil yang tewas dalam perang sejak invasi pimpinan AS pada 2001 menggulingkan Taliban dari kekuasaan.

"Empat anak tewas dan enam orang cedera ringan akibat ledakan bom pinggir jalan," kata Ahmad Zia Abdulzai, seorang juru bicara gubernur Nangarhar.

Namun, kementerian dalam negeri mengatakan, ledakan itu berasal dari sebuah mortir yang tampaknya peninggalan perang puluhan tahun Afghanistan. Kementerian itu menyebut jumlah korban tewas dua orang.

Afghanistan menghadapi tahun-tahun konflik sebelum 2001 dan bom peninggalan dari periode ini biasanya mengakibatkan kematian atau pencederaan, seringkali dialami oleh anak-anak yang penasaran.

Seorang juru bicara kepala kepolisian Uruzgan, Farid Ail, mengatakan, bom kedua meledak ketika tiga anak dan pria tua berkendaraan menuju rumah mereka, dan mereka semua tewas.

Selain warga sipil, prajurit asing juga berjatuhan menjadi korban dari ledakan-ledakan bom di Afghanistan.

Kamis, Kementerian Pertahanan Inggris di London mengumumkan, dua prajurit Inggris tewas ketika ledakan bom pinggir jalan menghantam kendaraan lapis baja mereka di provinsi Helmand, Afghanistan selatan.

Prajurit-prajurit itu adalah korban ke-39 dan ke-40 Inggris yang tewas di Afghanistan tahun ini. Sehari sebelumnya, seorang prajurit Inggris juga tewas dalam ledakan bom rakitan di Helmand.

Serangan-serangan terakhir itu menyoroti kekerasan yang dikobarkan gerilyawan Taliban dan sekutunya akhir-akhir ini terhadap sasaran asing di Afghanistan.

Sabtu (29/10), serangan bom mobil bunuh diri menewaskan 13 prajurit ISAF dan pegawai sipil, serta empat orang Afghanistan di Kabul -- serangan darat tunggal paling mematikan terhadap pasukan koalisi sejak perang meletus 10 tahun lalu.

Pada Oktober, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

Presiden Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) engakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011