Jakarta (ANTARA News) - Penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/IPO) perusahaan-perusahaan BUMN diharapkan lebih banyak lagi, sehingga dapat memanfaatkan derasnya aliran dana asing yang masuk ke Indonesia.

Demikian diungkapkan pengamat ekonomi Aviliani dalam acara HSBC Economic Outlook 2012 di Jakarta, Selasa.

Menurut Aviliani, langkah ini dilakukan untuk memanfaatkan besarnya aliran dana yang masuk tahun depan, setelah China dan India mengalami investasi yang sudah "over heating".

"China dan India sudah berebut investor dari delapan tahun lalu di sektor manufaktur dan berbagainya, termasuk infrastruktur, sehingga saat ini sudah tidak ada lagi yang bisa didanai atau kreditnya hanya bisa ngalir ke konsumtif dan tidak produktif," ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, adanya dana asing yang masuk ke pasar modal melalui IPO perusahaan?perusahaan BUMN, nantiya bisa dialihkan ke sektor rill.

Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar mengatakan dalam kondisi krisis global seperti saat ini jumlah perusahaan BUMN yang "go public" bisa lebih banyak.

"Dalam keadaan krisis seperti saat ini di mana negara-negara lain sedang sibuk reformasi, seharusnya Indonesia bisa lebih giat lagi dalam menarik investor asing ke dalam negeri, salah satunya lewat IPO," ujarnya.

Menurutnya, ke depannya pihaknya akan terus mendorong perusahaan-perusahaan BUMN untuk IPO.

"Kita harus memanfaatkaan krisis yang terjadi di negara lain dan ke depannya kita harus mendorong IPO BUMN lebih banyak lagi," ujarnya.

(T.KR-SSB/B012)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011