Tobasa, Sumut (ANTARA News) - Sejumlah petani di Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara, kini makin bergairah membudidayakan tanaman ubi kayu, karena menguntungkan.

"Petani Toba Samosir (Tobasa) sejak beberapa tahun terakhir ini makin bergairah menanam ubi kayu, terutama setelah berdirinya pabrik tapioka di Kecamatan Laguboti," kata Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Tobasa, Sahat Manullang di Balige, Rabu.

Ia mengatakan, meski hasil produksi ubi kayu di daerah tersebut tercatat relatif masih rendah, yakni sekitar 29 ton per hektare, namun minat petani untuk membudidayakan komoditas itu cukup besar.

Di sejumlah wilayah yang memiliki tingkat kesuburan tanah lebih tinggi, mampu menghasilkan ubi kayu yang jauh lebih banyak.

Bahkan, kata dia, pada beberapa lokasi tertentu, produksi yang dicapai di tingkat petani mampu menghasilkan ubi kayu sebanyak 60 ton per hektare, jauh melebihi hasil produksi rata-rata nasional.

Saat ini, lanjutnya, komoditas tersebut memainkan peranan penting dengan nilai ekonomisnya yang cukup tinggi tanpa banyak risiko kerugian, sehingga peranannya semakin strategis di Indonesia, karena digolongkan menjadi sumber karbohidrat ketiga setelah padi dan jagung serta sebagai bahan baku berbagai industri yang terus berkembang.

"Ubi kayu banyak dimanfaatkan untuk bahan pangan langsung secara tradisional dan melalui pengolahan industri, termasuk industri nonpangan serta pakan ternak," kata Sahat.

Hutapea, petani asal kecamatan Laguboti menyebutkan dirinya semakin bergairah membudidayakan tanaman ubi kayu, apalagi setelah berdirinya pabrik tapioka di Kecamatan Laguboti, sehingga mereka tidak terlalu khawatir masalah harga dan pemasaran.

Dulu memang, kata dia, para petani di daerah tersebut kurang berminat membudidayakannya, karena harga pasarnya kurang menjanjikan dan selalu dianggap sebagai komoditas kurang bergengsi.

"Tapi, sekarang banyak petani yang berlomba-lomba membuka lahan baru untuk menanam tanaman tersebut, karena jaminan harga yang cukup pasti tanpa membutuhkan perawatan besar dalam pembudidayaannya," ujar Hutapaea.

Margomgom, petani serupa menambahkan, dirinya sengaja lebih fokus beralih membudidayakan tanaman tersebut, dari sebelumnya bertanam sayuran di kebun miliknya seluas hampir satu hektare yang terletak di kecamatan yang sama, karena tergiur keuntungan yang bisa diperoleh dengan menanam ubi kayu .

Ia mengatakan, menurut perhitungannya secara analisa usaha tani, budidaya tanaman itu cukup menguntungkan dari berbagai segi, sehingga dia berani merobah kebiasaan menanam komoditi hortikultura yang selama ini digelutinya dengan mengganti sebagian besar ladangnya menjadi tanaman ubi kayu. (ANT-219/H009)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011