Jakarta  (ANTARA News) - Beberapa saham komoditas dalam perdagangan Kamis diprediksi akan mengalami tekanan seiring koreksi yang terjadi di bursa komoditas dunia, kata analis dari Samuel Sekuritas Indonesia, Yoseph Pangaribuan.

Dalam risetnya di Jakarta, ia mengemukakan, melemahnya harga komoditas tersebut terlihat dari harga minyak mentah yang turun 1,9 persen ke level 96,1 dolar Amerika Serikat (AS) per barel, dan diikuti harga logam, seperti nikel yang turun 3 persen dan timah turun 2,9 persen.

Untuk kondisi regional, bursa AS kembali mengalami koreksi tajam semalam lebih dari 2 persen akibat sentimen negatif dari pasar utang di Eropa, di mana lelang Surat Utang Negara (SUN) Jerman gagal terserap seluruhnya oleh pasar dan naiknya Credit Default Swap (CDS) utang negara-negara Eropa ke level tertinggi.

Bursa Asia pada Kamis pagi juga turut dibuka melemah melanjutkan koreksi dalam dua hari terakhir dengan memfaktorkan sentimen negatif dari bursa global.

"Sedikit sentimen positif dari China yang mulai melonggarkan kebijakan moneternya dengan menurunkan reserve ratio bank sebesar 50 basis poin," katanya.

Sementara itu, Senior Research HD Capital, Yuganur Wijanarko, mengatakan bahwa sentimen negatif dari krisis utang Eropa dan perlambatan ekonomi di Amerika dan China kembali mewarnai perdagangan di lantai bursa.

"Namun, ini bisa dijadikan sebagai kesempatan akumulasi jangka pendek di berbagai saham big cap maupun second liner untuk antisipasi technical rebound karena secara makro, fundamental Indonesia masih cukup baik prospeknya," ujarnya.

Ia mengatakan, saham-saham yang layak dikoleksi pada perdagangan Kamis ini, antara lain PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT United Tractors Tbk (UNTR).
(T.KR-SSB/A023)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2011