Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia sebagian besar menguat mengikuti kenaikan Wall Street pada Kamis sore, setelah bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin tetapi tampak kurang hawkish daripada yang dikhawatirkan beberapa orang, mengangkat sentimen investor dan mengirim dolar lebih rendah.

Sementara itu, harga minyak mentah melonjak karena Uni Eropa menjabarkan beberapa rincian rencananya untuk melarang penggunaan minyak Rusia, meningkatkan kekhawatiran tentang pasokan.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang terangkat 0,83 persen, meskipun perdagangan tipis dengan pasar Jepang dan Korea tutup karena hari libur.

Marcella Chow, ahli strategi pasar global yang berbasis di Hong Kong di J.P. Morgan Asset Management, mengatakan kenaikan 50 basis poin Federal Reserve sesuai dengan ekspektasi, sehingga menghilangkan beberapa kekhawatiran investor tentang langkah yang lebih agresif.

"Mengingat pasar Asia memiliki kepastian lebih saat ini, saya pikir ini mungkin juga akan menyebabkan pasar sedikit reli juga," katanya kepada Reuters.

Keuntungan Asia mengikuti reli AS semalam di mana indeks Dow Jones Industrial Average naik 2,81 persen, indeks S&P 500 naik 2,99 persen dan indeks Nasdaq naik 3,19 persen.

Indeks Berjangka S&P 500 dan Nasdaq 100 masing-masing turun 0,17 persen dan 0,28 persen, di perdagangan sore Asia.

Indeks Hang Seng Hong Kong (HSI) berakhir melemah 0,36 persen pada Kamis, dengan indeks sektor teknologi (HSTECH) turun 0,14 persen.

Minggu ini, saham-saham Hong Kong telah melemah sementara yuan China di luar negeri bergejolak meskipun masih lebih kuat dari minggu lalu.

Indeks S&P/ASX 200 Australia berkinerja kuat, berakhir dengan kenaikan 0,82 persen.

Saham China menghapus sebagian kerugian di awal sesi, dengan indeks saham unggulan CSI300 turun tipis 0,15 persen ketika pasar daratan melanjutkan perdagangan setelah liburan tiga hari.

Investor menyambut janji bank sentral China untuk lebih banyak dukungan kebijakan moneter guna membantu bisnis yang sangat terpukul oleh wabah COVID-19 terbaru.

Chow dari J.P. Morgan Asset Management memperkirakan pasar akan membuat keuntungan lebih lanjut setelah pejabat tingkat tinggi lainnya mengatakan mereka akan memberikan dorongan kebijakan lebih lanjut.

Kenaikan suku bunga setengah persen dari The Fed adalah lompatan terbesar dalam 22 tahun. Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pembuat kebijakan siap untuk menyetujui kenaikan suku bunga berukuran serupa pada pertemuan kebijakan mendatang pada Juni dan Juli.

Powell juga mengatakan The Fed tidak "secara aktif mempertimbangkan" kenaikan suku bunga 75 basis poin, meredam beberapa ekspektasi pasar untuk jalur pengetatan yang agresif. Itu mengirim dolar lebih rendah, di mana ia bertahan di awal perdagangan Asia.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang lainnya, berada di 102,63, telah sekuat 103,63 pada i Rabu (4/5/2022).

Sterling turun 0,61 persen terhadap dolar menjelang pertemuan bank sentral Inggris, yang siap untuk menaikkan suku bunga untuk keempat kalinya sejak Desember, peningkatan tercepat dalam biaya pinjaman dalam seperempat abad.

Emas di pasar spot naik 1,09 persen pada 1.901.50 dolar AS per ounce pada pukul 05.30 GMT, setelah naik ke level tertinggi sejak 29 April di awal sesi.

Obligasi pemerintah AS tidak diperdagangkan di Asia karena liburan di Jepang, meskipun imbal hasil telah jatuh semalam. Imbal hasil acuan 10-tahun terakhir di 2,9402 persen, turun dari lebih dari 3,0 persen.

Emas naik lebih dari 1,0 persen pada Kamis terhadap dolar AS yang lebih lemah ketika investor terburu-buru untuk melakukan lindung nilai terhadap inflasi.

Minyak memperpanjang kenaikan pada Kamis setelah Uni Eropa, blok perdagangan terbesar di dunia, menguraikan rencana untuk menghapus impor minyak Rusia.

Minyak mentah berjangka AS naik 0,67 persen menjadi diperdagangkan di 108,53 dolar AS per barel dan Brent naik 0,85 persen pada 111,08 dolar AS. Kedua harga acuan naik lebih dari lima dolar AS per barel pada Rabu (4/5/2022).

Baca juga: Saham Asia naik, dolar turun karena sikap Fed tidak lebih "hawkish"
Baca juga: Saham Asia menuju bulan terburuk 2 tahun, khawatir pertumbuhan China
Baca juga: Saham Asia melemah tertekan kekhawatiran pertumbuhan global

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2022