Boyolali (ANTARA News) - Ratusan pendaki naik ke puncak Gunung Merapi pada malam Suro atau 1 Muharam 1433 Hijriah melalui pintu pendakian di Desa Lencoh, Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Pendaki dari berbagai daerah di Jawa itu, yang memadati pintu pendakian di Plalangan, Lencoh, Selo, ada sekitar 300 hingga 400 orang, kata anggota Tim SAR "Barameru" Desa Lencoh, Samsuri, di Boyolali, Minggu.

Menurut dia, jumlah pendaki tersebut mengalami peningkatan hampir empat kalinya dibanding pekan sebelumnya.

Selain itu, kata dia, kondisi cuaca di kawasan Merapi juga sangat mendukung dan cerah sekali, apalagi bersamaan malam Suro atau tahun barunya orang Jawa untuk menjalani prihatin.

Para pendaki datang dari berbagai daerah antara lain Solo, Yogyakarta, Semarang, Surabaya dan Jakarta. Bahkan, wisatawan asing juga ada yang mendaki ke puncak Merapi.

"Pendaki mulai pendakian ke puncak dari pukul 23.00 WIB hingga pukul 00.00 WIB. Mereka melakukan pendakian dini hari, karena setibanya di puncak mereka dapat menikmati keindahan alam dan Matahari terbit," katanya.

Kendati demikian, ia terus mengimbau para pendaki agar melaporkan indentitas mereka ke petugas di base camp Plalangan. Pihak berwenang juga selalu memantau kondisi di jalur pendakian Merapi.

Menurut Soni, pemandu wisata Gunung Merapi, pada malam sura tahun ini, banyak pendaki memadati pintu pendakian di Dukuh Plalangan Lencoh. Ada sekitar 300 lebih pendaki yang melakukan pendakian ke puncak.

"Selain pendaki dari lokal, Merapi juga diminati wisatawan asing," kata Soni.

Menurut dia, pendaki dari asing hampir setiap hari ada, karena mereka sangat menikmati keunikan Gunung Merapi yang terletak di antara Provinsi Jateng dan Yogyakarta itu.

Froncois wisatawan asal Prancis, menjelaskan, dirinya melakukan pendakian ke Merapi, sudah 15 kali, dan pertama pada tahun 2000.

"Saya tidak pernah bosan mendaki Merapi, karena gunung itu sangat unik termasuk masyarakatnya, yang sangat dekat dengan aktivitas Merapi," katanya.

Menurut dia, setiap kali ia melakukan pendakian suasananya selalu berbeda, dan di Pasar Bubar --yang dekat dengan puncak-- kelihatan ada energi yang menarik dari dalam bumi.

"Hal itu, sangat unit dan berbeda dibanding gunung-gunung lain di Indonesia yang pernah mendaki," katanya.

(B018/C003)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2011