Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperingatkan, arus gerakan anti-korupsi bisa menghasilkan efek kontraproduktif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Jika kita mengejar pemerintahan yang bersih, arus gerakan anti-korupsi yang terlalu deras atau terlalu berlebihan, maka itu akan membahayakan pertumbuhan ekonomi kita," kata Menkeu dalam forum "Jakarta Foreign Correspondent Club" di Jakarta, Kamis, seperti disiarkan Kantor Berita Perancis AFP. Dalam beberapa waktu terakhir, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus mengampanyekan pembersihkan korupsi di Indonesia, yang kerap dicap pada masa lalu sebagai biang keladi perlambatan pertumbuhan di negara terbesar di Asia Tenggara ini. "Tindakan keras bagus, tapi yang terlalu keras membuat semua orang takut. Mereka tidak berani mengambil keputusan," katanya. Dia mengatakan para pejabat bank menjadi enggan untuk menyalurkan kredit karena khawatir menjadi kredit macet atau "non-performing loan" (NPL) dan mereka akan dipersalahkan sehingga akhirnya belanja atau "spending" pun menurun. Meskipun demikian, Menkeu mengakui bahwa gerakan anti-korupsi tersebut mulai menuai hasil. "Memang ada perubahan di Indonesia. Hasilnya belum terlalu terlihat, tapi perubahannya terasa dan perubahan itu ke arah yang lebih baik," katanya. Dia juga mengatakan, data pada 2005 menunjukkan belanja pemerintah kurang cukup untuk mendorong peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB). "Kita gagal untuk memacu kebangkitan ekonomi," katanya sambil menunjukkan bahwa realisasi yang lebih rendah dari target defisit anggaran pada 2005, yaitu sekitar 0,5 persen dari PDB padahal target defisit 1,5 persen, membuktikan bahwa pemerintah gagal meningkatkan belanja pemerintah. Pemerintah saat ini, katanya, masih dalam proses adaptasi dengan perubahan besar dalam proses prosedur birokrasi dalam pembelanjaan anggaran negara yang baru saja diterapkan, sementara harga minyak dunia yang cenderung tinggi dan bencana tsunami telah menekan pertumbuhan. Sebelumnya Menko Perekonomian, Boediono mengatakan dirinya optimis pertumbuhan akan mendekati 6 persen pada tahun ini, namun masih di bawah target APBN 2006, yaitu 6,2 persen.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006