Jenewa (ANTARA) - Rata-rata tahunan suhu global berpotensi 50 persen naik mencapai 1,5 derajat Celsius di atas tingkat praindustri setidaknya satu kali dalam lima tahun mendatang, kata Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) pada Senin (9/5).

Kemungkinannya meningkat seiring berjalannya waktu, kata badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut dalam pembaruan iklim terbarunya.

Terdapat kemungkinan 93 persen setidaknya satu tahun pada periode 2022-2026 menggantikan 2016 menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah, sementara peluang untuk rata-rata lima tahun selama periode 2022-2026 juga lebih tinggi dari lima tahun sebelumnya (2017-2021) yaitu 93 persen, kata WMO.
 
Sebuah kartu pos raksasa dengan tulisan 1,5 derajat Celsius terlihat di gletser Aletsch di bawah Jungfraujoch di Swiss pada 16 November 2018. (Xinhua/Xu Jinquan)


WMO mengatakan potensi untuk menembus 1,5 derajat Celsius terus meningkat sejak 2015, ketika angkanya mendekati nol.

Untuk tahun-tahun pada periode 2017 hingga 2021, terdapat peluang 10 persen untuk menembus 1,5 derajat Celsius, dan kemungkinan itu telah meningkat menjadi hampir 50 persen untuk periode 2022-2026.

Estimasi WMO terbaru menunjukkan bahwa rata-rata tahunan suhu dekat permukaan global untuk setiap tahun pada periode 2022-2026 diperkirakan mencapai antara 1,1 hingga 1,7 derajat Celsius lebih tinggi dari tingkat praindustri (rata-rata selama tahun 1850-1900).
 
Para pendaki berjalan di dekat Gletser Rhone yang ditutupi selimut putih di dekat Furka Pass di Swiss pada 5 Agustus 2018. (Xinhua/Xu Jinquan) 



Pada 2015, negara-negara menyepakati Perjanjian Paris sebagai tujuan jangka panjang untuk memandu semua negara secara substansial mengurangi emisi gas rumah kaca global demi membatasi kenaikan suhu global pada abad ini hingga 2 derajat Celsius sembari mengejar upaya untuk membatasi peningkatan lebih jauh ke angka 1,5 derajat Celsius.

"Kita semakin dekat untuk mencapai target yang lebih rendah dari Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim," kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas.

"Angka 1,5 derajat Celsius bukanlah statistik acak. Sebaliknya, ini merupakan indikator bahwa dampak iklim akan menjadi semakin berbahaya bagi manusia dan bahkan bagi Bumi secara keseluruhan," ujar dia. 
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Virna P Setyorini
COPYRIGHT © ANTARA 2022