Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah terus mewaspadai dampak perang di Ukraina yang menjadi tantangan baru bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

"Perang yang terjadi di Ukraina menimbulkan spillover dan rambatan yang sangat banyak dan pelik, seperti disrupsi supply chain dan kenaikan harga komoditas, dan ini memunculkan tantangan lebih rumit," kata Menkeu dalam Business Talk Kompas TV yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Tidak seperti di tahun 2019 dan 2020, pada kuartal I 2022 pandemi COVID-19 dapat lebih terkendali, tetapi konflik geopolitik membawa tantangan baru bagi perekonomian nasional.

Menurutnya, di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa, inflasi telah mencapai 5,7 persen hingga 8 persen year on year.   Diperkirakan negara-negara tersebut akan merespons dengan melakukan pengetatan moneter.

"Kenaikan inflasi dan suku bunga di sana tentu akan melemahkan perekonomian negara-negara berkembang. Jadi tantangan di 2022 berbeda dengan sebelumnya," katanya.

Namun demikian, ia mengatakan akan terus menjaga momentum pemulihan daya beli masyarakat karena pada kuartal I 2022 sumbangan konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian belum mencapai harapan pemerintah.

"Kami harap konsumsi masyarakat dapat tumbuh lebih tinggi dan dari sisi belanja pemerintah kita harus sangat kecil kontraksinya," ucapnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2022 capai 5,01 persen year on year dengan konsumsi rumah tangga tumbuh 4,34 persen year on year dan konsumsi pemerintah terkontraksi 7,74 persen year on year.

Baca juga: Penjualan mobil naik jika ekonomi RI tumbuh 5 persen di 2022
Baca juga: BKF: Pemulihan ekonomi berpotensi terus menguat ke depan
Baca juga: CORE: Perekonomian kuartal I 2022 kena dampak dari konflik Ukraina


Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2022