Beijing (ANTARA News) - Seorang mantan biksu Buddha Tibet membakar dirinya di daerah Tibet, orang ke 12 tahun ini melakukan protes paling ekstrim itu di China, kata satu kelompok advokasi luar negeri, Jumat.

Tenzin Phuntsog membakar dirinya di prefektur Changdu, wilayah otonomi Tibet-- pertama kali aksi bakar diri terjadi di daerah Himalaya itu, kata Kampanye Internasional untuk Tibet yang berpusat di Washington dalam satu pernyataan.

Biksu itu selamat dari insiden itu dan dibawa ke rumah sakit, kata kelompok itu. Kasus insiden itu disiarkan di Tibet melalui jaringan internet seperti mikroblog dan Facebook, katanya.

Sebelas 11 biarawan dan biarawati, beberapa diantara mereka bekas pendeta, yang membakar diri mereka sejak Maret tahun ini menyerukan pemulangan Dalai Lama, 76 tahun,yang mengasingkan dirinya di India tahun 1959, dan menuntut kemerdekaan Tibet.

Paling tidak enam dari insiden-insiden itu menimbulkan korban jiwa.

Pada insiden terakhir, seorang pejabat pemerintah dari Tibet mengemukakan kepada Reuters "Kami tidak memperoleh informasi apapun tentang kasus itu."

Polisi di prefektur Changdu menolak memberi komentar,dengan mengatakan mereka tidak berwenang menjawab pertanyaan dari wartawan.

Mantan biksu itu berasal dari biara Karma di kota Chamdo,kata Kampanye Internasional bagi Tibet, mengutip satu sumber dan menambahkan sumber-sumber lainnya mengemukakan kepada kelompok itu biara itu ditutup setelah adanya rumor ledakan bom di satu kantor pemerintah akhir Oktober.

Pernyataan kelompok tiu tidak dapat diverifikasi secara independen karena wartawan asing tidak diizinkan mengunjungi Tibet tanpa izin.

Bagi pemerintah China, protes-protes itu adalah kecil tetapi mengganggu kebijakan regionalnya, yaitu melepaskan rakyat Tibet dari kemiskinan dan perbudakan.

China memerintaah apa yang disebutnya Wilayah Otonomi Tibet sejak pasukan komunis menduduki wilayah itu tahun 1950. Kemlu China menyebut mereka yang membakar diri itu "teroris" dan mengatakan Dalai Lama, yang dikecamnya sebagai pendukung separatisme, harus bertanggung jawab atas aksi bakar diri yang "tidak bermoral" itu.

Pada Maret 2008, unjuk rasa yang menentang kehadiran warga Chna meluas di Wilayah Otonomi Tibet dan daerah-daerah yang banyak dihuni warga Tibet menjelang Olimpiade Beijing,kadang-kadang menimbulkan konfrontasi berdarah dengan tentara dan polisi, demikian Reuters melaporkan.

(SYS/H-RN/B002)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2011