Jakarta (ANTARA) - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) bergerak cepat menangani wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan di Kabupaten Aceh Tamiang dalam upaya penanganan agar wabah terkendali dengan baik dan masyarakat tidak panik.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis, menegaskan bahwa PMK tidak berisiko terhadap kesehatan manusia, namun harus tetap waspada dan perlu dilakukan penanggulangan wabah PMK dengan cepat.

“Yang perlu kita pahami penyakit PMK ini memang berbahaya bagi hewan, tetapi tidak menular atau tidak berisiko pada kesehatan manusia. Untuk itu kita akan lakukan berbagai upaya untuk mengatasi PMK ini,” kata Mentan Syahrul Yasin Limpo.

Anggota Komisi Ahli kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, dan Karantina Hewan Denny W Lukman mengungkapkan pencegahan meluasnya penyakit ini adalah hal yg utama, namun pemenuhan kebutuhan daging masyarakat juga harus diperhatikan. Oleh karena itu, kata dia, pemotongan hewan ternak sebaiknya dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH).

Baca juga: 179 sapi di Aceh Timur diduga terserang PMK

"Ini penting karena RPH biasanya diawasi oleh pemerintah. Dimana di dalamnya pasti ditempatkan dokter hewan sebagai pemeriksa kesehatan hewan dan kesehatan daging serta pengawasan pemotongan sehingga bisa dipastikan, daging-daging tidak mengandung kuman-kuman yang berbahaya," kata Denny.

Sebagian daging dari hewan ternak yang terinfeksi dapat dikonsumsi oleh manusia dengan pemotongan yang ketat di RPH dan organ terinfeksi harus dimusnahkan.

Bupati Aceh Tamiang Mursil mengatakan wabah PMK di Kabupaten Aceh Tamiang terkonfirmasi pada 11 Mei 2022. Mursil mengungkapkan Kabupaten Aceh Tamiang memiliki sebanyak 44.495 populasi sapi yang 2.555 ekor sapi diantaranya terinfeksi PMK dan 13 ekor mati.

"Alhamdulillah, semua stakeholder terlibat langsung untuk menanggulangi wabah ini. Mulai Pak Mentan, Dinas Peternakan Propinsi, Pemkab Aceh Tamiang sangat serius dalam penanganan wabah ini," ujarnya.

Mursil mengimbau para peternak yang sapinya terinfeksi dan mati untuk segera ditangani dengan baik sesuai standar yang telah ditentukan agar tidak menyebabkan penyebaran wabah PMK lebih luas lagi. Selain itu, untuk memutus rantai penyebaran, Pemkab Aceh Tamiang, menerapkan langkah lokalisasi.

"Lokalisasi atau lockdown menjadi pilihan saat ini. Sapi-sapi dari Aceh Tamiang tidak boleh keluar dan sapi dari luar tidak boleh masuk ke sini. Demi kepentingan bersama," katanya.

Baca juga: Cegah PMK, DKI imbau warga olah daging sapi dengan tepat

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2022