Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang diperdagangkan pada Selasa pagi kembali melemah sebesar 15 poin seiring dengan pelemahan mata uang Asia.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarBank di Jakarta Selasa pagi bergerak melemah 15 poin ke posisi Rp9.050 dibanding sebelumnya Rp9.035.

"Optimisme pelaku pasar dari pemimpin Uni Eropa akan mampu menghadirkan solusi yang kredibel dan komprehensif untuk menyelesaikan krisis hutang dalam pertemuan puncak akhir pekan ini belum dinilai positif," kata Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada di Jakarta, Selasa.

Ia menambahkan, tekanan jual diperkirakan masih mengancam jika para pemimpin terlihat mengalami kesulitan dalam mencapai kesepakatan.

"Pasar ingin terlebih dahulu melihat adanya solusi konkret dari Eropa," kata dia.

Ia mengatakan, untuk sesaat mata uang rupiah diperkirakan akan bergerak dengan kecenderungan mendatar (sideways).

"Tidak adanya kesepakatan baru dalam pertemuan nanti berpotensi akan kembali menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," kata dia.

Analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih menambahkan, beberapa mata uang Asia masih melanjutkan pelemahan, termasuk rupiah dipicu dari peringatan lembaga pemeringkat S&P yang menurunkan peringkat 15 negara uni Eropa (UE).

"Badan peringkat dunia S&P sedang mengkaji untuk menurunkan peringkat utang 15 negara di UE," kata dia.

Ia mengemukakan, enam negara euro dengan peringkat AAA akan mendapat outlook negatif dan peringkatnya akan diturunkan tergantung pada hasil pertemuan pemimpin UE pada 9 Desember mendatang mengenai keputusan integrasi fiskal di UE.

"S&P juga memberi pernyataan bahwa risiko sistemik di zona euro terus meningkat dalam beberapa minggu terakhir ini," katanya.

Ia mengatakan, negara yang kemungkinan akan mendapat penurunan satu peringkat yakni, Austria, Belgia, Finlandia, Belanda, Luxemburg, dan kemungkinan Jerman, sedangkan negara-negara UE lainnya akan diturunkan sebesar dua peringkat (notch).

"Jika peringkat Jerman dan Perancis diturunkan, hal itu akan mempengaruhi kepercayaan. Ancaman S&P ini akan menjadi perhatian investor global dalam portofolionya minggu mendatang," ujar dia.(T.KR-ZMF/B/B008/B008)
(ZMF/B008)

Editor: Desy Saputra
COPYRIGHT © ANTARA 2011