Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden, Boediono, menilai perlunya persiapan dan langkah antisipasi menghadapi pengetatan likuiditas global dan kemungkinan krisis global yang mendera, .

"Kita seharusnysa bersiap terhadap pengetatan likuiditas di seluruh dunia. Kita seharusnya bersiap dengan seluruh instrument yang kita miliki, kita harus merencanakan secara bijak dan efektif cadangan devisa kita," kata Wapres saat memberikan sambutan dalam pertemuan dengan Jakarta Foreign Correspondents Club di Jakarta, Rabu.

Meski kondisi perekonomian domestik saat ini masih baik, menurut dia, namun kondisi perekonomian dunia semakin hari semakin tidak pasti dan dibayang-bayangi krisis yang mungkin saja lebih buruk dari krisis 2008.

Krisis yang mendera di Amerika Serikat (AS) dan Eropa masih membayangi krisis ekonomi global. Sementara itu, menurut Wapres, hingga saat ini negara-negara yang terlibat krisis sulit mencapai kesepakatan dalam penanganan krisis.

Kebuntuan kebijakan yang berlarut-larut tersebut dinilai Wapres, semakin membuat kondisi perekonomian dunia terus memburuk.

Kegagalan Komisi Pengurangan Defisit Kongres Amerika (supercomitte) membuat kesepakatan untuk mengurangi defisit 1,3 triliun dolar AS semakin membuat arah kebijakannya tidak menentu dan semakin membuat ketidakpastian ekonomi global.

"Kita semua saat ini ditempatkan dalam ketegangan, menunggu hasil dari KTT Eropa. Kita semua tidak jelas mengenai arah kebijakan fiskal AS, setelah superkomite gagal untuk memperoleh persetujuan. Ya kita semua merasa lebih tidak pasti sekarang dibandingkan bulan lalu atau bahkan seminggu lalu," kata Wapres.

Untuk itu, ia mengemukakan, kesiapan diperlukan guna mengantisipasi kondisi terburuk yang mungkin terjadi. "Sedia payung sebelum hujan," kata Wapres.

Boediono mengatakan, pengalaman 2008-2009 menjadi pelajaran penting bagi Indonesia dalam mengahadapi krisis ekonomi global. "Pengalaman 2008-2009 membimbing kita pada apa yang bisa dilakukan atau tidak dilakukan," kata Wapres.

Wapres mengemukakan, beberapa persiapan yang diperlukan, di antaranya menyiapkan paket kebijakan stimulus fiskal yang dapat diterapkan segera bila terjadi krisis, memperbaiki protokol manajemen krisis.

Selain itu, Wapres menilai bahwa perlunya mengidentifikasi industri domestik yang terpengaruh resesi global dan menyiapkan aksi untuk menanggulangi dampak dari krisis dengan fokus utama pada dampak terhadap tenaga kerja.

Wapres menyatakan, hal yang juga penting adalah menyelesaikan hambatan-hambatan dalam program pembangunan dan usaha penyesuaian struktural lainnya.

Menurut Wapres, berbagai kebijakan untuk mengantsipasi perlu dipersiapkan sehingga apabila terjadi krisis telah memiliki instrumen untuk pencegahan tanpa harus membuang waktu sehingga penanganan tidak berlarut-larut.

"Kita sangat waspada jika situasi global terus memburuk, ruang kita untuk bermanuver mungkin tiba-tiba hilang. Jadi kita pikir yang terbaik berada sejak awal dalam permainan, menyiapakan segala kemungkinan," demikian Wapres Boediono.
(T.M041/A027)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2011