Jakarta (ANTARA News) - Transformasi bisnis badan usaha milik negara cepat terlaksana dan memberikan hasil maksimal bagi pembangunan ekonomi jika dilakukan dengan pola "out of the box" atau di luar pemikiran rutin, kata  deputi menteri BUMN.

"Selain itu harus mengikuti proses korporasi di setiap BUMN, pola "out of the box" sudah seharusnya juga dijadikan salah satu solusi dalam tranformasi BUMN," kata Deputi Menteri BUMN Bidang Infrastruktur dan Logistik Sumaryanto Widayatin di sela seminar bertajuk "Transformasi BUMN, Bersinergi Menyongsong Reputasi" yang diselenggarakan Kantor Berita ANTARA di Jakarta, Kamis.

Menurut Sumaryanto, sudah saatnya BUMN bergerak lebih cepat agar mampu membenahi performa seluruh perusahaan milik negara sehingga mempercepat trasnformasi yang ditargetkan pemerintah.

Ia menjelaskan dalam transformasi BUMN dibutuhkan manajemen pengelolaan maupun pengawasan agar lebih fleksibel dan responsif dalam menghadapi permasalahan dan mengantisipasi peluang bisnis untuk mengembangkan perusahaan.

"Dengan transformasi tersebut diharapkan kinerja BUMN meningkat, semakin produktif dan memiliki daya saing," ujarnya.

Sumaryanto mencontohkan pola "out of the box" terbukti berhasil menyelesaikan berbagai kendala pada sejumlah proyek BUMN, seperti proyek Pelabuhan dan Peti Kemas Kali Baru, di Jakarta Utara, pembangunan jalur kereta api bandara, dan proyek jalan tol Tanjung Benoa, Bali.

"Proyek-proyek ini sudah sejak lama ditawarkan kepada investor, namun tidak berjalan mulus karena banyak kendala di lapangan," ujarnya.

Sama halnya dengan pembangunan jalur kereta bandara, dan pembangunan jalan tol di Tanjung Benoa, Bali, kendala yang dihadapi masih berkutat pada soal pembebasan lahan.

"Namun saya dengan tegas menyatakan jika masalah lahan tidak juga terselesaikan oleh pemerintah, solusinya adalah jalan tol dibangun tanpa lahan atau menggunakan tiang pancang di sepanjang jalurnya," ujar Sumaryanto.

Secara keseluruhan, menurut dia, untuk menyelesaikan berbagai proyek tersebut harus diserahkan kepada BUMN yang bersangkutan dan bersinergi dengan BUMN lainnya, sehingga tidak menajdi beban APBN.

Meski begitu, kata Sumaryanto, untuk mendukung pola-pola "out of the box" tersebut ada payung hukum seperti keberanian menerbitkan Peraturan Presiden atau Peraturan Menteri terkait.

"Proyek Kali Baru contohnya, kalau tidak cepat dicarikan solusinya, kawasan pelabuhan dan arus peti kemas akan terhenti karena kelebihan kapasitas. Tidak itu saja, rencana Astra Internasional untuk mengembangkan investasi senilai Rp20 triliun bisa tidak terealisasi," katanya.

Sementara itu Deputi Menteri BUMN Bidang Industri Strategis dan Manufaktur Irnanda Laksanawan mengatakan dalam kerangka transformasi bisnis BUMN terutama di sektor manufaktur dibutuhkan setidaknya tiga langkah yaitu efisiensi operasional, perubahaan organisasi, dan "strategic initiatives".

"Tiga langkah ini dijalankan secara pararel akan menjadikan nilai pasar bisnis BUMN lebih besar dibanding nilai buku sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan (corporate value) yang pada ujungnya mendorong daya saing," ujar Irnanda.

Ia mencontohkan transformasi bisnis yang dilakukan di sejumlah BUMN seperti Telkom, Pertamina, Semen Gresik, dan PGN sudah memberikan hasil positif bagi perusahaan.

"Keberanian dan kemampuan untuk melakukan transformasi yaitu lompatan, terobosan, dan kreativitas dalam inovasi, pengelolaan keuangan, produksi, dan pemasaran memberikan nilai tambah bagi koprorasi yang ditunjukkan dari terus meningkatnya daya saing termasuk nilai saham perusahaan," tegasnya.
(R017N002)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2011