Kintamani (ANTARA News) - Pelinggih atau tempat bersemayam Dewa Kemakmuran yang berada di kawasan Pura Ulun Danu Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli, ramai didatangi umat Budha dan Hindu dari seluruh Bali pada hari Purnama, Sabtu.

"Umat yang datang tidak hanya saat ini saja, namun juga pada hari raya keagamaan lainnya," kata I Wayan Sukadia, asisten Pemangku atau pemuka agama di Pura Ulun Danu Batur.

Dia menjelaskan, tidak hanya umat dari Pulau Dewata saja yang datang ke pelinggih tempat bersemayamnya Dewa Kemakmuran atau perekonomian I Ratu Gede Ngurah Subandar tersebut, namun dari luar wilayah Pulau Bali cukup banyak yang datang.

Umat yang datang, tambah Sukadia, biasanya melakukan persembahyangan untuk memohon kemakmuran dan dimurahkan rezekinya.

"Pelinggih atau yang dikenal oleh masyarakat umum sebagai klenteng setiap hari raya dipenuhi puluhan umat yang datang silih berganti," ujarnya.

Sukadia menjelaskan, selain memohon kemakmuran, tapi ada juga yang berharap mendapatkan keselamatan dan kesehatan.

Sementara itu, Putu Ratna Wati, salah seorang umat Buddha dari Kabupaten Tabanan mengatakan, dirinya datang bersama anggota keluarga lainnya untuk melakukan persembahyangan di tempat bersemayam Dewa Kemakmuran tersebut untuk memohon diberikan kelancaran rezeki.

"Hampir setiap hari juga ada beberapa umat yang datang dengan beragam tujuan, biasanya yang bermaksud membuka usaha supaya bisa lancar," katanya.

Menurut Ratna, namun umat paling banyak datang pada saat bulan April, pada waktu purnama kedasa atau purnama kesepuluh dalam perhitungan kalender Bali.

Dia menambahkan, biasanya setelah melakukan persembahyangan di pelinggih itu, umat melanjukan permohonan di Pura Penataran Agung Dalem Balingkang dan Pura Besakih.

Sementara itu berdasarkan pantauan di Pura Penataran Agung Dalem Balingkang pada hari purnama itu, cukup banyak juga umat Buddha yang melakukan persembahyangan di Gedung Linggih Ratu Mas Subandar yang dipercaya juga sebagai tempat Dewi Kemakmuran. (IGT/Z002)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011