Bandung, 12/12 (ANTARA) - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengingatkan kemungkinan krisis ekonomi dunia dapat sampai ke Indonesia jika tidak diantisipasi dengan baik.

"Saya tidak berharap kondisi yang semakin buruk menimpa bangsa ini. Saya juga tidak ingin menampilkan kekhawatiran berlebihan. Namun, perjalanan saya ke sejumlah negara beberapa waktu lalu telah menyakinkan saya bahwa dunia sedang memasuki era krisis," kata Megawati saat memberikan sambutan pada Rakernas I PDIP di Bandung, Senin.

Megawati mengingatkan bahwa situasi penuh tantangan ini akan belangsung jauh lebih lama, lebih luas jangkauan wilayahnya, dan dengan efek lebih serius dibandingkan dengan perkiraan optimis sejumlah orang.

Krisis ini, kata Megawati, bukan gejala sementara yang akan melanda ruang yang terbatas (Eropa dan Amerika) dan dengan dampak yang bisa dikontrol.

Sejumlah orang dengan optimis bercerita tentang ekonomi Indonesia yang seakan-akan tetap imum terhadap efek krisis global, katanya. "Tetapi saya ingin garis bawahi bahwa Indonesia bukan bangsa yang bisa mengecualikan diri dari krisis. Mengapa? karena itulah hukum objektif perkembangan kapitalisme. Sayangnya, pemerintah sekarang ini lebih memilih jalan kapitalisme dan tetap setia berjalan di jalur neo-liberalisme," katanya.

Megawati mengatakan bahwa dampak krisis Eropa dan Amerika Serikat haruslah tetap diantisipasi. Ia mengatakan ekspor nasional dipastikan akan melambat. Sebaliknya, potensi pasar Indonesia yang sangat besar jumlah penduduknya akan menjadi daya pendorong pengalihan produk-produk yang tidak terserap di dunia.

China, Jepang, Korea, India, dan Malaysia dipastikan akan makin agresif memasuki pasar Indonesia. Situasi di atas sangat mencemaskan, lebih-lebih dengan melemahnya daya dukung industri Indonesia. "Akibatnya, kita takluk dan menjadi konsumen produk bangsa lain," katanya.

"Bahkan, yang diimpor tidak lagi beras, kedelai, daging, susu, gula, dan garam. Ikan dan jahe pun sekarang harus diimpor," katanya.

Sementara itu, di bidang politik, kata Megawati, tantangan yang dihadapi juga tidak kecil. "Saat ini, baik dalam pemilu presiden maupun pemilu kepala daerah, kita terbelenggu oleh visi-misi dengan kurun waktu yang hanya lima tahun. Jika kepemimpinan berganti, visi-misi juga ikut berganti," katanya.

Pengelolaan negara dilihat dari kacamata teknokratik dan berjangka pendek ibarat pengelolaan perusahaan. Pengelolaan negara dan bangsa kehilangan semua dimensi politik dan ideologinya.

"Negara dan bangsa seakan berhenti sebagai pemerintah atau rejim dengan durasi hidup lima tahunan," kata Presiden kelima Indonesia itu.

"Proses de-ideologi dan de-politisasi konsepsi negara dan bangsa ini, sangatlah berbahaya. Indonesia yang begitu besar dengan keragaman budaya, bahasa, suku dan potensi alamnya sangatlah tidak tepat dikelola secara pragmatis," kata Megawati. (T.U002)

Editor: D.Dj. Kliwantoro
COPYRIGHT © ANTARA 2011