Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menginginkan jumlah produk ekspor Indonesia ke Tiongkok setara dengan jumlah produk impor dari negeri tirai bambu itu ke Tanah Air.

Wapres Ma'ruf menyampaikan keinginannya itu secara langsung kepada Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Indonesia Lu Kang di kediaman resmi wapres Jakarta, Rabu.

"Dalam pertemuan tadi, Wapres minta bagaimana agar kesepakatan-kesepakatan perdagangan yang selama ini masih defisit antara Indonesia-Tiongkok; dalam arti masih banyak barang-barang Tiongkok yang masuk ke Indonesia dibandingkan barang Indonesia yang masuk ke Tiongkok. Jadi agar bisa berimbang nantinya," kata Juru Bicara Wapres Masduki Baidlowi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Masduki mengatakan dalam pertemuan itu, Wapres Ma'ruf dan Dubes Lu Kang sepakat memperkokoh persahabatan Indonesia dan Tiongkok yang selama ini sudah terjalin dengan baik. Keduanya berharap banyak orang Indonesia datang ke Tiongkok, begitu juga sebaliknya.

Baca juga: Wapres: Akses air minum aman di Indonesia baru mencapai 11 persen

Ma'ruf Amin dan Lu Kang juga menyepakati dan memperkuat berbagai hal yang berhubungan dengan investasi dan perdagangan.

Terkait bidang pendidikan, dalam pertemuan itu, Ma'ruf Amin secara khusus meminta agar Tiongkok mempermudah mahasiswa Indonesia untuk masuk ke Tiongkok dalam rangka belajar, khususnya di masa pandemi COVID-19 saat ini.

"Ada kesulitan teknis karena memang di sana masih juga masa pandemi; itu bagaimana agar ada kelonggaran-kelonggaran dan itu disanggupi supaya pemerintah Tiongkok mempermudah kedatangan mahasiswa Indonesia untuk terus belajar; karena banyak yang terhenti belajar akibat pandemi. Itu yang diminta oleh Wapres; dan semuanya dijanjikan oke," ujarnya.

Masduki menyampaikan pertemuan tersebut berlangsung hangat. Wapres Ma'ruf dan Dubes Lu Kang berharap apa yang dibicarakan secara bilateral dapat terealisasi dengan baik.

Baca juga: Wapres harap Indonesia-Tiongkok tingkatkan kerja sama menguntungkan

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Fransiska Ninditya
COPYRIGHT © ANTARA 2022