Wina (ANTARA News) - Anggota OPEC pada Selasa bekerja untuk mencapai konsensus mempertahankan kuota produksi resmi pada pertemuan di Wina, karena Venezuela bergabung dengan presiden kartel Iran mendesak negara-negara Teluk untuk memangkas kelebihan pasokan mereka.

Menjelang pertemuan OPEC, Rabu, presiden kartel Iran mengatakan, Organisasi Negara Pengekspor Minyak akan mencapai konsensus tentang keputusan produksi terbarunya, lapor AFP.

Menteri Perminyakan Kuwait Mohammad al-Baseeri mengatakan, OPEC kemungkinan akan mempertahankan kuota produksi resmi tak berubah karena pasar seimbang dan harga stabil.

Kartel 12-negara harus memutuskan apakah akan mengubah tingkat produksi minyak dalam menghadapi meningkatnya ketegangan Iran, produksi Libya yang lebih tinggi dan prospek ekonomi yang lemah.

Analis secara luas memperkirakan organisasi berbasis di Wina itu, yang memasok sepertiga dari minyak mentah dunia, akan mempertahankan target produksi resmi 24,84 juta barel per hari -- di mana telah berdiri selama tiga tahun.

Badan Energi Internasional (IEA), yang mewakili negara konsumen minyak utama, Selasa mengatakan, OPEC pada kenyataannya memproduksi 30,68 juta barel per hari bulan lalu, terutama karena produksi yang lebih tinggi dari Arab Saudi dan Libya.

Angka itu termasuk produksi dari Irak, yang bukan bagian dari kuota produksi resmi OPEC karena kerusuhan di negara ini.

Termasuk produksi dari Irak, IEA memperkirakan bahwa kartel memompa 27,97 juta barel per hari pada November -- masih di atas pagu OPEC.

Berbicara pada malam pertemuan Rabu, Menteri Perminyakan Venezuela Rafael Ramirez mengatakan kepada wartawan bahwa sementara Arab Saudi dan Kuwait "harus mengakomodasi" produksi Libya yang lebih tinggi dengan memotong kelebihan pasokan, OPEC harus "menjaga tingkat produksi yang sama (resmi)."

Dia mengatakan "negara-negara Teluk harus mengurangi" produksi mereka, menambahkan: "Kami percaya ada cukup minyak di pasar."

Menteri Perminyakan Iran Rostam Qasemi mengatakan: "Kami akan mengadakan rapat, dan kemudian kami akan memutuskan "apa yang harus kami lakukan mengenai kuota produksi."

"Apapun keputusannya akan membuat semua bersama-sama," tambahnya.

Pada Minggu, Qasemi memperbaharui desakan gembong OPEC Arab Saudi dan Kuwait untuk mengurangi kembali produksi di atas kuota mereka karena minyak Libya kembali ke pasar.

Kedua negara Teluk itu meningkatkan produksi untuk mengimbangi suspensi Libya setelah penurunan ekspor minyak negara Afrika Utara itu karena perang saudara tahun ini.

Menteri Perminyakan Saudi Ali al-Naimi mengatakan pada Senin bahwa ia senang dengan tingkat produksi minyak mentah kerajaan lebih dari 10 juta barel per hari untuk memenuhi permintaan yang datang "dari seluruh" dunia.

Namun IEA mencatat pada Selasa bahwa krisis utang zona euro telah memukul pertumbuhan permintaan minyak sementara OPEC menurunkan sedikit perkiraan permintaan dunia 2012.

Organisasi itu mengatakan, permintaan minyak dunia tahun depan akan mencapai 88,87 juta barel per hari, merevisi turun prediksi sebelumnya sebesar 89,01 juta barel per hari.

"Penyesuaian mencerminkan perlambatan pertumbuhan di OECD, yang diperkirakan memiliki efek spillover untuk China dan India, dan karenanya berdampak pada konsumsi minyak selama tahun mendatang," katanya.

Sementara itu harga minyak lebih tinggi, dengan kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk Januari, naik tajam 2,39 dolar AS menjadi 100,16 dolar AS dalam perdagangan sore.

Sekretaris Jenderal OPEC Abdullah El-Badri pekan lalu mengatakan bahwa harga minyak saat ini "memuaskan," menambahkan bahwa pasokan memadai.

IEA mengatakan pada Selasa bahwa harga memperoleh dukungan dari kemungkinan sanksi terhadap Iran.

Kartel bertemu secara berkala untuk mengatur tingkat produksi, berharap bahwa keputusan mengakibatkan harga minyak yang adil bagi konsumen dan selusin anggota termasuk Aljazair, Libya dan Nigeria. (A026)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011