Jakarta (ANTARA) - Indonesia diperkirakan mencetak surplus neraca transaksi berjalan sebesar 0,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2022, didorong oleh pertumbuhan signifikan nilai ekspor berbagai komoditas non-migas .

“Transaksi berjalan 2022 mungkin mencetak surplus moderat untuk tahun kedua berturut-turut sebesar 0,4 persen dari PDB versus perkiraan kami sebelumnya,” kata Ekonom Senior DBS Group Research Radhika Rao dalam keterangannya diterima di Jakarta, Rabu.

Radhika menyoroti operasi militer Rusia ke Ukraina yang telah memberikan dampak pada kenaikan harga komoditas global. Perang itu memberikan dampak inflasi bagi Indonesia karena kenaikan harga komoditas. Namun di sisi lain Indonesia juga menikmati keuntungan kuat di sektor non-migas, terutama pada komoditas batu bara, minyak kelapa sawit, nikel, logam dasar, dan lainnya.

“Sekalipun Indonesia adalah negara pengimpor bersih (net importir) minyak, defisit ini diatasi oleh keuntungan kuat di sektor non-migas, terutama batu bara, minyak sawit, nikel, logam dasar,” ujarnya.

Bahkan sebelum lonjakan harga komoditas baru-baru ini, kata Radhika, tren positif sudah terjadi pada 2021 setelah harga bahan bakar mineral naik lebih dari 70 persen secara tahunan, diikuti kenaikan barang-barang manufaktur sebesar 53 persen dan batu bara sebesar 90 persen.

Baca juga: Neraca perdagangan tembus rekor, Airlangga: Ekonomi RI kian tangguh

Sementara itu pada April 2022 neraca perdagangan Indonesia mencatatkan rekor surplus tertinggi yaitu mencapai 7,56 miliar dolar AS, yang lebih tinggi dibandingkan dengan surplus Maret 2022 sebesar 4,54 miliar dolar AS.

Surplus tersebut bersumber dari kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah peningkatan defisit neraca perdagangan migas. Surplus neraca perdagangan nonmigas mencapai 9,94 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar 6,62 miliar dolar AS.

Adapun ekspor nonmigas meningkat dari 25,09 miliar dolar AS pada Maret 2022 menjadi 25,89 miliar dolar AS pada April 2022. Peningkatan ekspor nonmigas terutama bersumber dari ekspor komoditas berbasis sumber daya alam yang membaik, seperti bahan bakar mineral termasuk batu bara, bijih logam, serta besi dan baja didukung oleh harga global yang masih tinggi.

Lebih lanjut, Radhika memperkirakan kinerja ekspor Indonesia ke depan akan terus meningkat meskipun terpengaruh oleh kebijakan di dalam negeri, seperti upaya memastikan kecukupan stok komoditas utama dalam negeri, termasuk batu bara dan minyak kelapa sawit.

Kinerja ekspor yang tetap kuat, menurut dia, akan meningkatkan surplus neraca perdagangan dan transaksi berjalan.

Baca juga: BPS: Neraca pedagangan RI April surplus 7,56 miliar dolar AS
Baca juga: Kemenkeu sebut neraca pembayaran RI 2021 kuat di tengah tekanan global


Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2022