Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendukung upaya pengendalian penularan penyakit mulut dan kuku pada ternak yang sedang mewabah di sejumlah daerah.

Dalam webinar "Talk to Scientists" edisi Penyakit Mulut dan Kuku Hewan yang diikuti secara virtual dari Jakarta, Kamis, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa penyakit mulut dan kuku merupakan penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan sangat menular pada hewan berkuku genap atau belah.

"Penyakit mulut dan kuku merupakan penyakit hewan yang sangat menular yang menyerang hewan berkuku belah seperti sapi, kerbau, domba, kambing, babi, kijang/rusa, unta, dan gajah, meskipun dilaporkan juga pada hewan lain seperti beruang," katanya.

Ia menjelaskan, hewan yang terserang penyakit mulut dan kuku menunjukkan gejala klinis patognomonik berupa vesikel/lepuh serta erosi di mulut, lidah, gusi, nostril, puting, dan kulit sekitar kuku.

Guna mendukung upaya pemerintah mengendalikan penularan penyakit mulut dan kuku, BRIN membantu mendeteksi penularan penyakit kuku dan mulut, melakukan studi epidemiologi, serta melakukan analisis molekuler untuk mengisolasi dan melakukan karakterisasi virus penyebab penyakit mulut dan kuku.

BRIN juga membantu mengidentifikasi vaksin yang kompatibel dan virus yang beredar, mengembangkan metode deteksi cepat, serta mengembangkan vaksin untuk menanggulangi penularan penyakit mulut dan kuku.

Badan Kesehatan Hewan Dunia (Office des Internationale Epizootis/OIE) memasukkan penyakit mulut dan kuku dalam daftar penyakit yang wajib dilaporkan oleh semua negara di dunia.

Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Ni Luh P Indi Dharmasanti mengatakan bahwa penyakit mulut dan kuku harus diwaspadai karena dapat menyebar dengan cepat mengikuti arus transportasi hewan.

Indi mengatakan, penularan penyakit mulut dan kuku bisa menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar karena menyebabkan penurunan nilai jual produk ternak.

Selain itu, dia melanjutkan, penanganan penyakit hewan tersebut diperkirakan membutuhkan biaya sekitar Rp9,9 triliun per tahun atau bahkan lebih di Indonesia.

Baca juga:
Kementan distribusikan obat-obatan dan APD untuk kendalikan PMK
Menteri Pertanian optimistis PMK dapat segera diatasi

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2022