Jakarta (ANTARA News) - Tokoh politik Amien Rais mengatakan, ekonomi kerakyatan yang diterapkan di Indonesia masih sulit tumbuh dan berkembang dengan baik karena banyak hambatan yang harus dihadapi saat ini.

Kekayaan alam Indonesia yang seharusnya untuk menyejahterakan rakyat ternyata lebih banyak dimanfaatkan untuk kebahagiaan warga elit, katanya sebagai pembicara utama dalam seminar sehari membahas Pasal 33 dalam UUD 45 di Jakarta, Jumat.

Seminar bertema "Konsep Strategi dan Praktek Memakmurkan Usaha Rakyat dengan memperluas basis serta akses produksi dan modal bagi rakyat" dilaksanakan oleh Liga Mahasiswa Nusantara (Limantara) berkaitan dengan sistem perekonomian di Indonesia.

Amien Rais yang juga Ketua Dewan Pembina PAN dan dosen tetap UGM mengatakan, berbagai produki baik tambang emas, batu bara maupun minyak mentah seharusnya digunakan untuk kepentingan masyarakat luas. Namun kenyataan rakyat tetap miskin.

Hal ini terjadi karena kaum elit hanya memikirkan hidupnya sendiri ketimbang rakyat yang seharusnya hidup lebih layak, katanya.

Demokrasi politik

Amien Rais mengatakan pula demokrasi politik yang saat ini dikembangkan juga akan mengalami kesulitan untuk bisa membangun kemakmuran rakyat.

Karena para elit politik yang saat ini tumbuh hanya memikirkan kepentingannya sendiri dan perkembangan partainya, ucapnya.

Elit masyarakat, lanjut Amien Rais, yang menyebutnya inlander atau VOC sangat rajin memantau produk tambang, minyak dan batu bara untuk bisa dimanfaatkan dalam upaya memperkaya diri sendiri.

Karena warga elit yang sudah kaya makin kaya sedangkan sebaliknya masyarakat luas makin miskin, karena tidak adanya perhatian dari elit masyarakat itu, ucapnya.

Amien Rais mengatakan, pemerintah pernah menyatakan saat ini untuk melakukan kontrak ulang dengan perusahaan-perusahaan asing yang melakukan kegiatan usaha di dalam negeri.

Namun kontrak ulang yang akan diterapkan pemerintah sampai sekarang belum diketahui karena banyak faktor yang menghambatnya, katanya.

"Negeri ini memang merupakan bangsa yang belum beruntung," ujarnya.

(H-CS/A011)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2011