Jakarta, (ANTARA News) - Perum Perhutani bergabung dengan Program Indonesia Forest and Trade Network (Indonesia FTN) World Wide Fund for Nature (WWF)-Nusa Hijau untuk merebut kepercayaan dunia tentang produk kayu ramah lingkungan mengingat selama ini pasar kayu dunia semakin menuntut produk kayu berasal dari sumber (hutan) yang dikelola secara bertanggung jawab dan lestari. Penandatanganan kesepakatan kerjasama antara Perum Perhutani dengan WWF tersebut dilakukan di Jakarta, Rabu (1/3) dengan kesepakatan untuk bergabung dalam program Nusa Hijau, untuk lima wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani, yaitu KPH Banyuwangi Utara, Bojonegoro, Jatirogo, Madiun dan Saradan di Unit II Jawa Timur. Dengan menjadi peserta program Nusa Hijau, maka ke lima KPH Perum Perhutani tersebut akan bekerja bersama dengan Nusa Hijau untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencapai sertifikat ekolabel. Menurut Mubariq Ahmad, Direktur Eksekutif WWF-Indonesia, bergabungnya Perum Perhutani dengan Nusa Hijau merupakan peristiwa yang sangat menggembirakan. "Setelah sebelumnya Perum Perhutani pernah memperoleh sertifikat, kali ini merupakan langkah berani Perum Perhutani untuk merebut kembali kepercayaan dunia, sebagai produser kayu jati nomor satu di dunia. Dengan komitmen penuh seluruh jajaran direksi dan karyawan Perhutani, WWF melalui program Nusa Hijau, akan mendorong Perum Perhutani untuk kembali mendapatkan sertifikat pengelolaan hutan lestari." katanya. Indonesia FTN adalah bagian dari Global Forest and Trade Network (GFTN)yang bertujuan untuk memfasilitasi perusahaan dan organisasi yang mempunyai komitmen untuk menjalankan dan mendukung pengelolaan hutan yang bertanggung jawab. Sedangkan GFTN adalah organisasi yang anggota-anggotanya mempunyai komitmen untuk memproduksi, memproses, memperdagangkan dan menggunakan produk hasil hutan yang berasal dari hutan yang dikelola dengan baik serta mendukung proses sertifikasi. Sampai saat ini GFTN mempunyai lebih kurang 400 perusahaan yang tersebar di 30 negara.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006