Semarapura (ANTARANews) - Ribuan warga mengikuti upacara Bumi Sudha di Pura Watu Klotok, Kabupaten Klungkung, Bali, upacara pembersihan bumi yang diselenggarakan setiap tahun ini dihadiri Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika.

"Upacara Bumi Sudha ini dilakukan bedasarkan dari Susastra Tutur Babad Dewa dan Susastra Roga Sanggara Bumi," kata Ketua Panitia Upacara Bumi Sudha, Dewa Soma, Sabtu.

Upacara Bumi Sudha terdiri dari kata Bumi yang bearti alam semesta dan Sudha berarti pembersihan.

Jadi, upacara ini merupakan pembersihan terhadap alam semesta, baik manusia (Buana Alit) dan alam itu sendiri (Buana Agung).

Hal ini dilatarbelakangi oleh perubahan musim atau sasih dalam menyikapi kondisi alam dan cuaca sehingga banyak muncul penyakit, hama, banjir, kecelakaan yang terjadi menimpa alam semesta.

Berdasarkan Susastra tersebut diatas seorang pemimpin beserta rakyatnya wajib melakukan Upacara ini yang diakibatkan oleh pemanasan global atau kali senggara.

Upacara ini sebagai langkah untuk meminimalis dari akibat pemanasan global yang terjadi.

Dewa Soma juga menyampaikan, sebesar apapun upacara yang dilakukan tidak akan berhasil dengan baik apabila tidak ada upaya untuk merawat alam dengan baik.

Usai dilakukan upacara nampak umat hindu dan perwakilan dari Desa Adat se- Bali langsung nunas tirta atau mohon air suci untuk dibawa pulang.

Selain ribuan umat Hindu, pada upacara itu juga dihadiri oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan para Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dari provinsi Bali.

Sementara dari pemkab Klungkung hadir Bupati Klungkung I Wayan Candra. Upacara ini dilakukan secara rutin setiap setahun sekali sesuai hasil paruman sulinggih sebali.

Selaian itu hadir juga perwakilan Bendesa Adat se Bali untuk nunas tirta atau mohon.

Bumi Sudha sendiri di gelar di tiga Pura Besar di Bali yakni Besakih, Batur Bangli dan Watuklotok Klungkung. Besakih sendiri simbul dari Gunung, Batur adalah Danau dan pantai atau segara di Pura Watuklotok.

Air suci atau tirta dari tiga Pura tersebut kemudian di satukan. Lalu tirta ini dibagikan kepada para pemedek atau umat yang hadir dari masing desa adat se- Bali.

Pihak Desa Adat sendiri nantinya yang menyampaikan ke masyarakat sehingga semua umat Hindu mendapatkan tirta tersebut yang nantinya dipergunakan di pekarangan rumahnya.

Upacara ini dipuput atau dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Putra Tembau dari Gria Aan Banjarangkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2011