Temanggung, Jawa Tengah (ANTARA News) - Taat beribadah mestinya bisa membimbing umat dari tindakan buruk. Akan tetapi, korupsi bisa tetap terjadi terus-menerus oleh orang beragama karena orang tersebut hanya beragama di tempat ibadah, sedangkan perilaku dalam kehidupan sehari-hari jauh dari aturan agama.

"Ada kecenderungan orang beragama hanya di tempat ibadah sehingga mereka kurang mempraktikkan perintah agama dalam kehidupan sehari-hari," kata Pastur Kepala Gereja Santo Petrus Santo Paulus Temanggung, Romo Dwi Nugraha Sulistya, di Temanggung, Jawa Tengah, Minggu.

Ia mengatakan hal tersebut usai memimpin misa Natal di Gereja Santo Paulus santo Petrus Temanggung.

Ia menuturkan, setiap perayaan agama apa pun tempat ibadah selalu dipadati umat, namun hingga sekarang angka korupsi di tanah air tetap tinggi.

"Inilah salah satu bukti bahwa mereka para korupsi hanya beragama di tempat ibadah, sedangkan tindakan dalam kehidupannya justru melanggar aturan agama," katanya.

Ia mengatakan, dunia cenderung dalam kegelapan, antara lain ditunjukkan dengan terjadinya kekerasan, pelanggaran hak asasi manusia, dan tindakan korupsi.

"Manusia cenderung berbuat dosa maka hanya Allah yang bisa menunjukkan jalan terang," katanya.

Namun, katanya, semua itu menjadi tantangan manusia, sanggupkah menerima tantangan yang harus dihadapi.

Ia berharap ada kebersamaan dalam membangun kehidupan bangsa ke depan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan.

"Musuh manusia sebanarnya hanya dua, yakni kemiskinan dan kebodohan. Mari membangun bangsa ini dengan kebersamaan," katanya.

Berdasarkan pantauan, perayaan Natal di sejumlah gereja di Temanggung mendapat penjagaan aparat TNI/Polri dan unsur ormas.

Sejumlah aparat keamanan tersebut antara lain berjaga di depan Gereja Santo Petrus Santao Paulus, Gereja Pantekosta, Gereja Kristen Indonesia, dan Gereja Kristen Jawa.  (ANT)

Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2011