Bissau (ANTARA News/AFP) - Serangan terhadap sarana tentara di Guinea Bissau pada Senin adalah upaya kudeta, yang gagal, kata Perdana Menteri Carlos Gomes Junior dan juru bicara pemerintah.

Perdana menteri dan juru bicara Adiatou Djalo Nandigna memakai istilah "percobaan kudeta" dan menyambut kegagalannya dalam tanggapan terbuka pertama mereka tentang serangan itu setelah pertemuan dengan parlemen.

"Pada pagi ini, tentara menyerang markas (angkatan bersenjata) dan mencuri senjata. Banyak telah ditangkap, termasuk pemimpin usaha kudeta itu," kata Nandigna, tanpa menyebutkan jumlah yang ditangkap atau tempat mereka ditahan.

Gomes mengatakan, "Saya tidak tahu apakah politisi terlibat dalam percobaan kudeta itu. Penyelidikan akan memberitahu kita."

Saat menyambut keadaan kembali tenang, perdana menteri itu menyatakan ada gangguan pada pagi itu, tapi semuanya jelas sekarang. "Kami akan terus bekerja," katanya.

Panglima tentara Guinea Bissau sebelumnya menyatakan pasukannya menggagalkan percobaan kudeta pada pagi di negara miskin Afrika barat itu dan menangkap pemimpin angkatan laut, menuduhnya mendalangi serangan tersebut.

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Antonio Indjai menyatakan pasukan mengalahkan tentara pemberontak di markas tentara, yang terjadi saat Presiden Malam Bacai Sanha menjalani perawatan di Prancis.

"Sekelompok kecil tentara berusaha menggulingkan petinggi tentara dan pemerintah, tapi gagal," kata Jenderal Indjai, "Keadaan berada di bawah kendali tentara dan pemerintah."

Kepresidenan pada awal bulan ini membantah kabar bahwa presiden berusia 64 tahun itu, yang menghabiskan sebagian besar masa jabatannya keluar-masuk negara bermasalah tersebut dengan alasan kesehatan, meninggal di rumah sakit di Paris.

Presiden itu, yang terpilih pada 2009 setelah pendahulunya dibunuh, dirawat di rumah sakit di negara Senegal tetangganya pada bulan lalu sebelum dipindahkan ke rumah sakit Val de Grace, yang sering merawat pemimpin sekutu Prancis.

Sejak merdeka dari Portugal pada 1974, sejarah Guinea Bissau diwarnai kudeta, pemberontakan tentara dan pembunuhan politik. Negara itu juga menjadi naf perdagangan obat bius, sebagian besar berupa kokain ke Eropa.

(B002)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011