Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan pihaknya terus memantau perkembangan warga negara Indonesia yang berada di Nigeria dan Suriah, dua negara yang sedang disulut konflik internal.

"Masalah Nigeria akan kami pantau terus, situasinya masih terus berkembang. Isu yang bergolak di sana sangat sensitif sehingga langkah yang diambil pun harus hati-hati," kata Marty usai memberikan Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri di Jakarta, Rabu.

Menurut Marty, status darurat yang diberlakukan di empat negara bagian di Nigeria, memaksa pihak KBRI mengeluarkan himbauan agar WNI agar menjauhi wilayah-wilayah tersebut.

"Kami akan memberi pelatihan kepada WNI yang berada di sana sebagai upaya perlindungan, semoga saja keadaan tidak terus memburuk dan WNI kita berada dalam kondisi yang aman," kata Marty.

"Masalah yang kami hadapi bermacam-macam, mulai dari yang sifatnya krisis sampai bencana alam, kami tangani. Sudah sekitar 24 ribu orang WNI yang kami selamatkan dari situasi-situasi semacam ini selama 2011," katanya.

Sementara untuk WNI yang berada di Suriah, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Michael Tene, mengatakan pemerintah pun terus memantau perkembangan menyusul semakin panasnya situasi politik di negara Timur Tengah itu.

"Sekarang baru diterapkan "contingency plan" yang berarti jika keadaan memburuk maka akan diambil langkah-langkah guna mengamankan WNI," kata Michael.

Sebanyak 360-an WNI berada di Nigeria berdasarkan data KBRI Abuja per Oktober 2011, sementara untuk WNI yang berada di Suriah jumlahnya belum dapat dipastikan karena proses pendataan masih terus dilakukan oleh KBRI Damaskus.

"Saat ini kita masih menghimbau supaya warga kita berhati-hati, terus berkomunikasi dengan pihak KBRI, sehingga jika ada perkembangan situasi bisa segera diantisipasi," kata Michael.

Sekitar 50 warga Nigeria telah menjadi korban konflik antar masyarakat yang memaksa pemberlakuan status darurat di negara bagian Borno, Yobe, Plateau, dan Niger itu.
(T.P012/Z003)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2012