Jakarta (ANTARA News) - Penerbitan obligasi internasional sebesar dua miliar dolar AS diperkirakan akan memperkuat nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu mendatang. "Harapan kita akan memperkuat nilai tukar rupiah," kata Dirjen Perbendaharaan Departemen Keuangan, Mulia Nasution, di Gedung Departemen Keuangan Jakarta, Jumat. Menurut Mulia, dengan masuknya dana segar dari penerbitan obligasi internasional itu maka cadangan devisa RI akan meningkat. Mengenai seberapa besar penguatan nilai tukar rupiah yang akan terjadi, ia menyatakan tidak tahu persis berapa besar. "Tapi bayangkan saja cadangan devisa saat ini sekitar 35 miliar dolar AS, kalau masuk dua miliar berarti akan bertambah menjadi 37 miliar dolar. Kita harapkan pekan depan dana itu sudah masuk," katanya. Pemerintah RI pada 2 Maret 2006 menerbitkan obligasi negara dalam valuta asing sebesar dua miliar dolar AS. Penerbitan dilakukan di New York, AS. Obligasi itu terdiri atas dua seri (dual tranches), yaitu obligasi negara yang jatuh tempo 9 Maret 2017 (Indo-17) dan reopening obligasi negara yang jatuh tempo 12 Oktober 2035 (Indo-35) yang masing-masing berjumlah satu miliar dolar AS. Kedua obligasi negara diterbitkan dengan issue format 144A/Reg S dan dicatatkan di Singapore Stock Exchange. Tanggal penyelesaian transaksi (settlement date) kedua obligasi negara itu adalah 9 Maret 2006, dengan pembayaran kupon 6,875 persen untuk Indo-17 dan 8,50 persen untuk Indo-35. Pembayaran kupon tahunan secara semi 9 Maret dan 9 September untuk Indo-17 serta 12 Oktober dan 12 April untuk Indo-35. Pada saat diterbitkan obligasi itu, tingkat imbal hasil masing-masing sebesar 7,00 persen untuk Indo-17 dan 7,375 persen untuk reopening Indo-35. Harga pada saat penerbitan masing-masing sebesar 99,052 persen untuk Indo-17 dan 113,454 persen untuk Indo-35. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006