Mukomuko (ANTARA) -
Kabut asap sejak beberapa terakhir menyelimuti sebagian wilayah Kecamatan Kota Mukomuko, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu diduga akibat kebakaran lahan gambut di wilayah tersebut.
 
"Saya hingga kini belum jelas informasinya. Saya perkirakan sumber kabut asap ini berasal dari kebakaran lahan gambut di wilayah satuan pemukiman (SP) VII Desa Rawa Mulya," kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Mukomuko Ramdani, di Mukomuko, Kamis.
 
Ia mengatakan, instansinya sebelumnya menyampaikan surat kepada kepala desa dan camat agar melaporkan kebakaran lahan gambut dan hutan di wilayahnya, tetapi sampai sekarang belum ada.
 
Menurutnya, kehadiran kabut asap yang menyelimuti wilayah ini pada pagi hari selain dikeluhkan oleh masyarakat, termasuk aparatur sipil negara di komplek perkantoran pemerintah setempat dan Kejaksaan Negeri setempat.
 
"Kami sudah sampaikan kepada Kejari, kami telah menyurati kepala desa dan camat di daerah ini tetapi sampai sekarang belum ada laporan baik dari warga maupun dari kades, bagaimana kami menindaklanjutinya," ujarnya.

Baca juga: Tim gabungan berjibaku padamkan kebakaran lahan gambut Mukomuko
 
Ia menyatakan, yang jelas sepanjang lokasi lahan dan hutan yang terbakar bisa masuk mobil, maka diupayakan untuk dilakukan pemadaman lahan yang terbakar tersebut.
 
Ia mengatakan, berdasarkan pengamatan kabut asap tersebut menyelimuti daerah ini pada pagi bersifat sesaat, setelah itu kabut asap tersebut hilang setelah matahari terbit.
 
Sementara itu, warga Pantai Indah Mukomuko Kelurahan Koto Jaya Japri mengatakan kabut asap yang menyelimuti wilayah ini pada pagi hari membuat matanya sakit, selain itu asap tersebut mengeluarkan bau yang tidak sedap.
 
"Kami juga belum tahu kabut asap ini berasal dari kebakaran lahan atau hutan karena di wilayah kami tidak ada kebakaran lahan, tetapi biasanya bau asap ini berasal dari kebakaran lahan gambut," ujarnya pula.
 
Ia mengatakan, kabut yang yang menyelimuti wilayah ini mengganggu pandangan karena jarak pandang kendaraan yang melintas di jalan wilayah ini menjadi pendek.

Baca juga: KLHK terus siaga antisipasi karhutla saat potensi hujan menurun

Pewarta: Ferri Aryanto
Editor: Budhi Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2022