Sampang (ANTARA News) - Mantan ketua umum PB Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Muzadi meminta para tokoh masyarakat dan ulama Sampang, Madura, bisa menyelesaikan konflik bernuansa SARA di wilayah itu dengan cara santun.

"Harus ada konsolidasi secara inten oleh semua pihak termasuk Kiai NU di Sampang," kata KH Hasyim Muzadi dalam acara pertemuan dengan para Kiai NU se-Madura di Sampang, Rabu.

Hasyim dalam kesempatan itu juga meminta agar ulama NU yang ada di wilayah Kabupaten Sampang secara khusus dan Madura pada umumnya, lebih arif dan bijaksana dalam menyikapi berbabagi persoalan, terutama tentang konflik keagamaan.

Penyelesaian dengan cara kekerasan sebagaimana yang menimpa kelompok Islam Syiah karena dianggap sesat, menurut dia tidak benar, bahkan tindakan penyelesaian persoalan dengan cara kekerasan merupakan bentuk pelanggaran.

"Kalaupun ada ajaran yang dianggap menyimpang, maka penyelesaiannya bukan dengan cara kekerasan, tapi perlu diajak dialog yang menggencarkan ajaran dakwah kepada masyarakat tentang ajaran yang benar," kata Hasyim Muzadi.

Hadir juga dalam pertemuan para tokoh ulama NU dengan mantan Ketua Umum PB NU Hasyim Muzadi itu ialah KH Hamid Manan Munif dari Pamekasan, KH Halim Toha dan mantan Ketua NU Sampang KH Muhaimin Abdul Bari.

Konflik bernuansa SARA yang berbuntut penyerangan terhadap kelompok Syiah bermula dari konflik pribadi antara pimpinan Islam Syiah Tajul Muluk dengan saudaranya KH Rois yang berbeda aliran.

Dari konflik keluarga itu, lalu meluas menjadi konflik SARA setelah di kalangan pengikut KH Rois tersiar kabar bahwa aliran Syiah merupakan aliran Islam sesat sehingga pengikut KH Rois beramai-ramai mengusir pengikut Syiah yang ada di wilayah Kecamatan Omben dan Kecamatan Karangpenang.

Puncaknya terjadi pada 29 Desember 2011 berupa pembakaran rumah, madrasah, mushalla dan pesantren kelompok Syiah.

Sebanyak 335 orang pengikut aliran Syiah dari total 351 orang lebih dievakuasi ke GOR Wijaya Kusuma depan kantor Bupati Sampang akibat kerusuhan yang terjadi ketika itu.

Konflik ini sudah terjadi sejak 2006, namun hingga kini belum bisa diredam hingga akhirnya terjadi aksi anarkis berupa pembakaran.

(ANTARA)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2012