Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore ditutup melemah, seiring ekspektasi pelaku pasar bahwa inflasi Amerika Serikat (AS) masih tinggi.

Rupiah ditutup melemah delapan poin atau 0,06 persen ke posisi Rp14.454 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.446 per dolar AS.

"Sentimen dari eksternal yaitu penguatan dolar AS. Minggu ini dolar AS masih akan mendominasi, dengan pelaku pasar menantikan data inflasi AS yang diperkirakan masih akan tinggi atau meningkat," kata Analis DCFX Futures Lukman Leong saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Lukman memproyeksikan dolar masih akan terus kuat hingga menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal atau FOMC minggu depan.

Bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada 15 Juni 2022 mendatang.

Baca juga: Rupiah diprediksi melemah dibayangi naiknya suku bunga bank sentral AS

Investor akan melihat data harga konsumen pada Jumat (10/6) untuk mencermati tanda-tanda berapa lama The Fed dapat melanjutkan jalur kenaikan suku bunganya.

Kendati demikian, lanjut Lukman, data-data ekonomi domestik seperti cadangan devisa dan neraca perdagangan untuk bulan Mei diperkirakan akan membantu menopang pergerakan rupiah.

"Data cadangan devisa Indonesia yang akan dirilis besok dan diperkirakan naik lebih dari 2 miliar dolar AS akan mendukung rupiah dan begitupun juga data neraca perdagangan minggu depan," ujar Lukman.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.460 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.446 per dolar AS hingga Rp14.475 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa melemah ke posisi Rp14.464 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.462 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah Selasa pagi melemah 14 poin
 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2022