Singapura (ANTARA News) - Harga minyak naik di perdagangan Asia, Kamis, karena kekhawatiran atas gangguan pasokan di Iran dan Nigeria, meskipun data menunjukkan permintaan energi AS melemah, kata analis.

Kontrak utama minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) di New York untuk pengiriman Februari naik 44 sen menjadi 101,31 dolar AS dalam perdagangan siang.

Sementara minyak mentah Laut Utara Brent untuk pengiriman Februari juga naik 74 sen menjadi 112,98 dolar.

"Sanksi yang dipimpin AS/Eropa terhadap Iran terlihat mengencangkan dan telah menyebabkan beberapa pembeli Asia mulai melihat ke pemasok alternatif," kata Sanjeev Gupta, yang mengepalai divisi analisis minyak dan gas Asia-Pasifik Ernst & Young.

"Ancaman Iran untuk mengganggu pengiriman melalui Selat Hormuz menjaga pasar tetap di luar, terutama pasar Asia."

Kekuatan barat bergerak untuk memperketat sanksi terhadap Iran dengan menuduh negara itu berusaha mengembangkan senjata nuklir.

Teheran membantah tuduhan itu dengan mengatakan program nuklirnya dimaksudkan untuk tujuan damai dan telah mengancam untuk memblokir Selat strategis Hormuz jika sanksi baru yang dikenakan, sebuah langkah yang pasti akan meningkatkan ketegangan.

"Sanksi ... bisa berdampak "mengetuk" kapasitas cadangan, mengharuskan negara-negara lain, seperti Arab Saudi, meningkatkan produksi untuk mengisi kesenjangan," kata Barclays Capital dalam sebuah komentar pasar.

Ketika kapal induk kedua AS, USS Carl Vinson, tiba di Teluk

wilayah, Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev, memperingatkan dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan, Kamis, bahwa eskalasi militer kemungkinan terjadi di Iran, dengan "bahaya nyata" dari serangan Amerika Serikat.

"Ada kemungkinan eskalasi konflik militer, dan Israel mendorong Amerika ke arah itu," kata Patrushev dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan di website harian Kommersant.

Teheran telah menyalahkan Israel dan Amerika Serikat atas bom mobil yang menewaskan ilmuwan nuklir darai Iran pada hari Rabu.

Kalangan pedagang juga terus mengikuti dari dekat memuncaknya kerusuhan di Nigeria, produsen utama minyak mentah dan eksportir dari Afrika.

Puluhan ribu pendemo menantang perintah Nigeria untuk mengakhiri

pemogokan yang telah berlangsung tiga hari berturut-turut, Rabu, karena serikat pekerja mengancam produksi minyak dan massa mengamuk di satu kota, mengakibatkan seorang polisi tewas.

Kekhawatiran atas Irak dan Nigeria membayangi data yang menunjukkan melemahnya permintaan energi di AS yang biasanya akan menurunkan harga minyak.

Departemen Energi AS mengatakan bahwa stok minyak mentah melonjak lima juta barel pekan lalu di konsumen minyak terbesar di dunia itu, lima kali jumlah yang diperkirakan oleh analis, demikian AFP melaporkan.

(SYS/A027/A039)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2012