Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese di Jakarta, Senin (6/6), mengatakan kemitraan perubahan iklim Indonesia dan Australia mendorong peningkatan investasi energi bersih baru.

Hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia telah berlangsung lama dan diharapkan hubungan kedua negara harus lebih dalam daripada sekadar arsitektur saja, namun juga harus membawa kemajuan nyata.

“Kepemimpinan PM Anthony ke depannya akan mewakili momen kunci untuk mengeksplorasi peluang baru. Kami mengapresiasi keputusan untuk menghidupkan kembali kemitraan perubahan iklim Australia dengan Indonesia seperti yang diumumkan hari ini," ujar Airlangga dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

Permasalahan transisi energi menjadi salah satu topik utama dalam Presidensi G20 Indonesia tahun ini. Peta jalan Net Zero Emission (NZE) pertama di Indonesia akan segera diluncurkan, yang didukung International Energy Agency (IEA) Clean Energy Transition Program yang didanai Australia.

Berdasarkan analisa IEA, perpindahan Indonesia ke jalur NZE dapat menarik tambahan investasi bersih sebesar 2 miliar dolar AS per tahun hingga 2030 dan menciptakan lebih dari 900 ribu lapangan kerja.

Oleh karena itu, Airlangga berpendapat proyek dengan dampak global dan regional harus menjadi inti dari jalur Indonesia menuju NZE, sehingga dirinya Kami menyambut baik proyek hidrogen hijau Australia di Indonesia yang akan siap tahun ini.

"Solusi cerdas yang dipimpin oleh industri juga harus mendorong upaya bersama menuju rantai pasok lebih tangguh. Kami mengharapkan dukungan PM Anthony untuk membantu memobilisasi dan membuka lebih banyak investasi energi bersih baru yang akan mendorong transformasi produktivitas, inovasi, lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Australia juga dapat mempertimbangkan untuk berkontribusi pada Mekanisme Transisi Energi Bank Pembangunan Asia (ADB) yang baru, antara lain mempercepat pilot project Carbon Capture, Utilizaton and Storage (CCUS), dan pemanfaatan amonia di pembangkit listrik tenaga batu bara.

Menurut dia, kedua negara dapat bermitra dalam mengembangkan rencana pekerjaan ramah lingkungan untuk memberdayakan masyarakat, sehingga dapat mengambil peluang dalam ekonomi energi baru. Namun demikian, tahap mengurangi penggunaan bahan bakar fosil tidak dapat dicapai tanpa mengamankan solusi alternatif dan memberdayakan masyarakat.

Dalam hal ini, Australia dapat bermitra dalam pengembangan keterampilan, misalnya dalam beasiswa, pelatihan, pertukaran, akses visa, dan pengakuan keterampilan bersama.

Selain itu, kata dia, sektor manufaktur yang maju adalah salah satu kunci dalam kerja sama ekonomi kedua negara di bawah Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Ke depannya, kedua negara juga menyambut baik kerja sama dalam ekspor otomotif.

Baca juga: PM Australia sambut baik komitmen kerja sama dengan Indonesia

Baca juga: Menaker berharap Australia serap lebih banyak tenaga kerja Indonesia

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2022