Jakarta (ANTARA) - Inflasi konsumen Thailand meningkat pada laju yang lebih cepat dari perkiraan, sebesar 7,1 persen secara tahunan (yoy) pada Mei, dan menjadi level tertinggi sejak Juli 2008 akibat melonjaknya harga energi dan makanan. Demikian ditunjukkan data resmi pada Senin (6/6).

Pertumbuhan Indeks Harga Konsumen (Consumer Prices Index/CPI) Thailand, indikator utama inflasi, melampaui 4,65 persen yang tercatat pada April dan melampaui ekspektasi pasar sebesar 5,78 persen untuk Mei.

Pada basis bulanan, CPI negara itu naik 1,4 persen dari yang dilaporkan pada April, menurut Kementerian Perdagangan Thailand.

Pihak kementerian mengaitkan pertumbuhan CPI tersebut dengan harga pangan dan biaya energi yang lebih tinggi, yang melonjak 37,24 persen dibandingkan Mei tahun lalu.

CPI inti, yang tidak termasuk harga makanan mentah dan energi, naik 2,28 persen (yoy), yang juga melampaui perkiraan sebesar 2,2 persen.

Kementerian perdagangan itu memperkirakan pertumbuhan CPI Thailand akan semakin meningkat pada Juni dan rata-rata sebesar 4,5 persen sepanjang 2022.

Selama lima bulan pertama tahun ini, CPI negara tersebut naik 5,19 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan CPI inti tumbuh 1,72 persen (yoy).

Pertumbuhan CPI Thailand tetap berada di atas kisaran target bank sentral Thailand untuk 2022 yakni sebesar 1-3 persen selama lima bulan berturut-turut. Bank of Thailand menaikkan perkiraan inflasi untuk tahun ini menjadi 4,9 persen, naik dari perkiraan 1,7 persen yang dibuat pada Desember 2021. 
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
COPYRIGHT © ANTARA 2022